Suara.com - Pembuat baterai Northvolt telah mengajukan kebangkrutan di Swedia. Hal ini menyusul kegagalan pembicaraan dengan investor mengenai paket penyelamatan potensial.
Northvolt adalah perusahaan rintisan dengan pendanaan terbaik di Eropa setelah didirikan pada tahun 2016. Adapun perusahaan itu berupaya mengurangi ketergantungan pada baterai Tiongkok untuk kendaraan listrik.
Kesulitan keuangan juga terjadi pada perusahaan tersebut. Apalagi, mereka telah melakukan upaya yang 'melelahkan' untuk mengamankan masa depan finansial dan operasional yang layak bagi perusahaan.
Serta mengakui telah mengalami sejumlah 'tantangan yang memberatkan', seperti kenaikan biaya modal, ketidakstabilan geopolitik, gangguan rantai pasokan, dan pergeseran permintaan pasar.
Adapun sejak akhir tahun 2024, Northvolt juga mencari investor hanya untuk menjaga satu-satunya pabrik tetap beroperasi di Skelleftea. Pengajuan kebangkrutan menandai akhir yang menyedihkan bagi ambisi perusahaan. Dikabarkan 5.000 ribu karyawan akan mengalami PHK.
“Ini adalah hari yang sangat sulit bagi semua orang di Northvolt. Kami bertekad untuk membangun sesuatu yang inovatif — untuk mendorong perubahan nyata dalam baterai, kendaraan listrik, dan industri Eropa yang lebih luas serta mempercepat transisi menuju masa depan yang hijau dan berkelanjutan,” kata Tom Johnstone, ketua sementara Northvolt dilansir The Indepedent, Sabtu (22/3/2025).
Selain itu, mantan kepala eksekutif Peter Carlsson mengundurkan diri pada November 2024 setelah perusahaan mengajukan perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat. Pada saat itu, restrukturisasi yang direncanakan diperkirakan akan menyebabkan lebih dari 1.000 pekerjaan dipangkas pada bulan Maret tahun ini.
Sementara itu Carlsson juga mencatat lebih dari 1,2 miliar dollar AS mungkin diperlukan untuk mengembalikan bisnis ke jalurnya. Krisis keuangan yang dialami membuat “tantangan internal yang signifikan” bersama dengan kondisi eksternal seperti “meningkatnya biaya modal, ketidakstabilan geopolitik, gangguan rantai pasokan, dan pergeseran permintaan pasar” sebagai alasan kehancuran mereka.
Financial Times melaporkan bahwa pembuat truk Swedia Scania, pelanggan utama Northvolt, baru-baru ini menyuntikkan modal baru ke dalam bisnis tetapi sekarang telah mengamankan pasokan dari pembuat baterai terpisah.
Baca Juga: Perusahaan Pembuat Film Matrix Bangkrut, Punya Utang Rp 16 Triliun
Perusahaan tersebut pernah dipandang sebagai bagian integral dari transisi hijau Eropa. Northvolt, sempat berhasil mengamankan sekitar 15 miliar dollar AS (Rp 246 triliun) dari pemerintah dan investor.
Permintaan yang lesu untuk kendaraan listrik, yang sebagian terkait dengan perubahan subsidi negara, mendorong beberapa investor untuk mengurangi pendanaan. Pemerintah Swedia juga menolak menawarkan subsidi besar kepada Northvolt tahun lalu.
"Sejatinya, kapasitas produksi Northvolt diperkirakan akan meningkat sekitar empat kali lipat pada akhir dekade ini dari 192 GWh menjadi 1.142 GWh," menurut Benchmark Minerals Intelligence. Sekarang, Eropa harus meningkatkan ketergantungannya pada produsen baterai asing di kawasan tersebut, hingga perusahaan lokal dapat membangun kapasitas. Termasuk perusahaan China dan Korea Selatan (Korsel).
"Tiga tahun setelah US IRA, Eropa masih belum memiliki kebijakan komprehensif untuk melokalisasi produksi baterai," kata Julia Poliscanova, Direktur Senior Kendaraan & mobilitas di T&E.
Sebelumnya, pembuat truk listrik yang berbasis di AS, Nikola, mengajukan perlindungan kebangkrutan di AS bulan lalu karena industri EV yang lebih luas terus menghadapi tantangan signifikan dalam hal biaya dan peningkatan skala.
Pada tahun 2023, perusahaan Britishvolt yang berbasis di Inggris mengalami nasib serupa dengan rencana pembangunan pabrik raksasa senilai 5,1 miliar dollar AS di Inggris utara, tetapi gagal mendapatkan pendanaan yang diperlukan setelah penundaan dan lokasi tersebut.
Akhirnya dibeli oleh perusahaan Australia, yang kemudian dilikuidasi dan anak perusahaan raksasa keuangan Blackstone mengadakan pembicaraan untuk membelinya.