Cegah Petani Jual Padi ke Tengkulak, Bulog Gercep Serap Gabah di Solo Raya

Sabtu, 22 Maret 2025 | 04:46 WIB
Cegah Petani Jual Padi ke Tengkulak, Bulog Gercep Serap Gabah di Solo Raya
Wakil Direktur Utama Perum Bulog, Marga Taufiq turun langsung ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah untuk memantau penyerapan gabah kering panen (GKP) dari petani. (Dok: Restu Fadilah/Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memasuki puncak panen di Solo Raya, Perum Bulog Surakarta sigap menyerap gabah dan beras dari petani. Bahkan pada Jumat, 22 Maret 2025, Wakil Direktur Utama Perum Bulog, Marga Taufiq turun langsung ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah untuk memantau penyerapan gabah kering panen (GKP) dari petani. Hal ini dilakukan agar para petani tidak menjual hasil panennya kepada para tengkulak yang hanya merugikannya.

Marga menjelaskan, pemerintah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP sebesar Rp 6.500 per kilogram. Dengan harga tersebut, para petani diharapkan bisa lebih sejahtera, karena tengkulak umumnya membeli GKP jauh di bawah HPP.

"Sesuai dengan perintah bapak presiden yang tertuang dalam Asta Cita, petani harus tersenyum ketika sedang panen. Maka kami datang ke sini untuk memastikan bahwa Bulog membeli dengan harga Rp6.500 per kilogram," tutur Marga.

Hingga April 2025, serapan gabah oleh Perum Bulog Surakarta diproyeksikan mencapai sekitar 28.000 ton setara beras. Serapan itu tersebar dari tujuh wilayah kerja yang meliputi enam kabupaten dan satu kota di Solo Raya mencakup Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.

Marga menjelaskan, pihaknya melibatkan Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari TNI dan Bhayangkara Pembina Keamanan serta Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) dari Polri untuk mengawasi program penyerapan GKP dari petani dengan harga Rp6.500 ini.

Hal ini diamini oleh Wakil Pemimpin Wilayah Bulog Jawa Tengah, Fadillah Rachmawati. Fadillah meyakini, keterlibatan TNI-Polri membuat program ini berjalan optimal. Pasalnya, Babinsa mendampingi petani sejak sebelum awal menanam hingga masa panen. Sehingga, mereka memiliki pengetahuan terkait lokasi panen gabah para petani.

"Kenapa kami membutuhkan tenaga Babinsa? Karena, selama ini tenaga Babinsa itu justru yang sudah membantu beserta PPL, penyuluh pertanian sejak sebelum tanam. Jadi karena sudah membersamainya dari awal, tentu ini lebih memudahkan begitu sebenarnya," ujar Fadillah saat ditemui di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Sragen pada hari yang sama.

(Ki-Ka), Fadillah Rachmawati - Wakil Pemimpin Wilayah Bulog Jawa Tengah, M. Prita Laura - Juru Bicara dan Tenaga Ahli Utama Presiden Communication Office (PCO), Andy Nugroho - General Manajer UB Industri, Willy Adi Purba - Manajer Operasi Sentra  Penggilingan Padi Sragen UB Industri Regional II Surabaya, Dicky Yusfarino - Wakil Pemimpin Cabang Bulog Surakarta. (Dok: Restu Fadilah/Suara.com)
(Ki-Ka), Fadillah Rachmawati - Wakil Pemimpin Wilayah Bulog Jawa Tengah, M. Prita Laura - Juru Bicara dan Tenaga Ahli Utama Presiden Communication Office (PCO), Andy Nugroho - General Manajer UB Industri, Willy Adi Purba - Manajer Operasi Sentra Penggilingan Padi Sragen UB Industri Regional II Surabaya, Dicky Yusfarino - Wakil Pemimpin Cabang Bulog Surakarta. (Dok: Restu Fadilah/Suara.com)

Sementara itu, Wakil Pemimpin Cabang Bulog Surakarta, Dicky Yusfarino, turut memberikan penjelasan terkait mekanisme pembelian gabah kering panen yang diterapkan oleh Bulog Surakarta. Menurut Dicky, ada dua metode utama yang digunakan dalam pembelian GKP dari petani. Pertama, skema jemput bola, di mana Bulog secara aktif melakukan penyerapan gabah langsung dari sumbernya. Kedua, skema kerja sama dengan mitra maklon yang turut berperan dalam proses pengadaan.

"Total GKP yang sudah kami beli totalnya sudah mencapai sekitar total yang sudah kita beli sekitar 5.000 ton," kata Dicky.

Baca Juga: Gelar IIRC 2024, Perum Bulog Ajak 17 Negara Bahas Ketahanan Pangan

Dalam keseluruhan proses serapan gabah, Perum Bulog Surakarta sangat mengandalkan kapasitas pengeringan yang mereka miliki, yang mampu mengeringkan sekitar 600 ton gabah setiap harinya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 120 ton di antaranya diproses di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Sragen. Dalam proses pengeringan ini, Bulog Surakarta menggunakan teknologi dryer terbaru yang memiliki kemampuan untuk mengeringkan gabah dalam rentang waktu antara 24 jam hingga 48 jam, tergantung pada jenis dryer yang digunakan.

Sebagai bagian dari upaya untuk terus mendukung program ketahanan pangan nasional, Bulog Surakarta secara aktif melakukan koordinasi dengan berbagai mitra serta rekanan strategis. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengeringan gabah yang tersedia sehingga proses penyerapan beras dapat berjalan dengan lebih optimal dan maksimal sesuai dengan kebutuhan yang ada. ***

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI