Pasca FOMC, Bitcoin Bertahan di Atas 80.000 Dolar AS

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 21 Maret 2025 | 13:43 WIB
Pasca FOMC, Bitcoin Bertahan di Atas 80.000 Dolar AS
Ilustrasi bitcoin (Photo by Traxer on Unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bitcoin (BTC) berhasil bertahan di atas level $80.000 setelah Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat mempertahankan suku bunga acuan 4,50%.

Keputusan ini memberikan kelegaan bagi investor setelah periode ketidakpastian yang cukup panjang.

Sebelum pengumuman FOMC pada 19 Maret 2025, harga Bitcoin berada di level $82.719, turun 1,61% dibanding hari sebelumnya.

Namun, setelah keputusan diumumkan, harga Bitcoin melonjak 5,00% menjadi $86.854.

Ethereum juga mengalami kenaikan signifikan, dari $1.932,54 pada 18 Maret 2025 menjadi $2.057,75 pada 19 Maret 2025, mencatatkan kenaikan sebesar 6,48% setelah sebelumnya hanya menguat tipis 0,29%.

Optimisme investor semakin menguat karena The Fed berencana melakukan dua kali pemangkasan suku bunga pada tahun 2025.

Sebelum pengumuman ini, ekspektasi investor terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga relatif rendah, sekitar 1% berdasarkan alat FedWatch dari CME.

CEO Indodax, Oscar Darmawan, menyatakan bahwa keputusan The Fed ini mencerminkan stabilitas kebijakan moneter yang berdampak positif pada pasar aset kripto.

“Stabilitas suku bunga cenderung mendorong investor mencari alternatif investasi dengan potensi pertumbuhan tinggi seperti Bitcoin,” ujar Oscar ditulis Jumat (21/3/2025).

Baca Juga: Top Up DANA dengan Bitcoin? Begini Cara Praktisnya Lewat Aplikasi Pintu

Oscar juga menyoroti bahwa proyeksi dua kali pemangkasan suku bunga di tahun 2025 menjadi pendorong utama optimisme pasar.

“Dengan ekspektasi suku bunga yang lebih rendah, likuiditas di pasar keuangan cenderung meningkat, yang sering kali berujung pada apresiasi harga aset kripto,” tambahnya.

Lebih lanjut, Oscar menjelaskan bahwa volatilitas harga Bitcoin pasca keputusan FOMC menunjukkan bahwa aset kripto sensitif terhadap kebijakan ekonomi makro.

“Investor global kini semakin memandang Bitcoin sebagai alat diversifikasi portofolio yang mampu memberikan perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik,” jelasnya.

Di sisi lain, Oscar menilai kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump yang menetapkan tarif 25% terhadap Kanada, Meksiko, China, dan kemungkinan Uni Eropa turut berpotensi memicu inflasi.

“Kenaikan harga barang akibat tarif ini dapat mendorong masyarakat untuk mencari alternatif aset yang dapat mempertahankan daya beli mereka. Bitcoin, sebagai aset terdesentralisasi, bisa menjadi pilihan yang relevan dalam kondisi ekonomi yang penuh tekanan,” ungkap Oscar.

Oscar juga mengingatkan bahwa meskipun Bitcoin menunjukkan ketahanan yang baik, investor tetap perlu memperhatikan dinamika ekonomi global.

“Dalam kondisi seperti ini, strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) dapat menjadi pendekatan bijak bagi investor ritel untuk menghadapi volatilitas pasar dan memperkuat portofolio investasi mereka,” pungkasnya.

Dengan kebijakan moneter yang stabil serta meningkatnya minat terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai, Oscar Darmawan optimistis bahwa pasar kripto akan terus menunjukkan ketahanan dan potensi pertumbuhan di tahun mendatang.

Bitcoin, mata uang kripto desentralisasi pertama di dunia, telah merevolusi cara kita memandang keuangan. Diluncurkan pada tahun 2009 oleh entitas anonim bernama Satoshi Nakamoto, Bitcoin beroperasi tanpa otoritas pusat, seperti bank sentral.

Transaksi diverifikasi oleh jaringan terdistribusi melalui proses yang disebut penambangan, yang melibatkan pemecahan teka-teki matematika kompleks.

Nilai Bitcoin sangat fluktuatif, menjadikannya aset berisiko namun berpotensi menguntungkan. Banyak yang melihat Bitcoin sebagai penyimpan nilai, lindung nilai terhadap inflasi, dan sarana untuk transaksi lintas batas yang lebih cepat dan murah.

Meskipun kontroversial, Bitcoin telah memicu gelombang inovasi di bidang teknologi blockchain dan mata uang kripto.

Adopsinya terus berkembang, dengan semakin banyak bisnis dan individu yang menerimanya sebagai alat pembayaran dan investasi.

Masa depan Bitcoin masih belum pasti, tetapi dampaknya terhadap dunia keuangan sudah tidak dapat disangkal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI