Suara.com - Perusahaan sepatu dunia Nike diprediksi alami kerugian besar. Lantaran, penjualan global perusahaan turun 9% pada kuartal terakhir, termasuk penurunan keuntungan 17% di Tiongkok. Lalu, di Amerika Utara, pasar terbesar Nike, penjualan turun 9%.
Adapun, anjloknya keuntungan membuat saham perusahaan telah turun sekitar 30% selama tahun lalu. Lalu, perusahaan embuat sepatu terbesar di dunia menghadapi perlambatan konsumen dan persaingan ketat dari merek-merek lari pemula seperti Hoka dan On.
Nike diperkirakan akan membukukan penurunan pendapatan sebesar 11,5 persen menjadi USD 11,01 miliar pada kuartal ketiga 2024, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG. Ini akan menjadi penurunan paling tajam sejak penurunan 38 persen yang dilaporkan Nike pada kuartal keempat tahun fiskal 2020 selama pandemi.
Apalagi, pelanggan mengubah perilaku mereka, mengabaikan sepatu kets mahal dan pakaian atletik demi barang-barang dasar. Nike juga mencoba pulih dari kesalahan strategi. Perusahaan mengurangi pasokan sepatu kets klasiknya Air Force 1 dan Pegasus untuk mencoba memenuhi permintaan dan menjual sepatu kets ini dengan harga penuh. Nike juga ingin mendorong pembeli untuk membeli sepatu Air Max baru yang lebih mahal dan produk Pegasus yang lebih baru.
Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan telah memangkas jumlah pengecer tradisional yang menjadi tempat penjualannya, termasuk DSW. Sebagai gantinya, perusahaan mengalihkan lebih banyak inventarisnya ke salurannya sendiri, terutama daring. Namun, perubahan mendadak itu merugikan penjualan Nike, serta telah mengembalikan beberapa kemitraan tersebut.
"Nike bertindak terlalu jauh dan meremehkan pentingnya pengecer pihak ketiga," kata Neil Saunders, seorang analis di GlobalData Retail, dalam sebuah catatan kepada klien dikutip CNN International, Jumat (21/3/2025).
Distributor utama Nike, Foot Locker mencatat pendapatan terkoreksi akibat tekanan biaya promosi yang membengkak. Ini tentu bakal berakibat penurunan margin keuntungan perusahaan."Ini menandakan dampak dari diskon yang dikenakan oleh Nike untuk membersihkan inventaris yang tidak terjual,"imbuhnya.
Imbas laba yang merosot membuat kinerja perusahaan akan melemah. Dikabarkan NIKE juga akan memangkas pekerjanya untuk efisiensi. Namun, hal ini masih menjadi pertimbangan CEO baru. Terlebih, Nike bertaruh CEO baru Elliott Hill, mantan eksekutif Nike yang dibawa kembali oleh perusahaan tahun lalu, dan kemitraan dengan merek selebriti seperti Skims milik Kim Kardashian dapat membantu meningkatkan laba.
NikeSkims, merek baru dari Nike dan Skims yang dirancang khusus untuk wanita, akan diluncurkan di Amerika Serikat pada musim semi ini. Sebelumnya pada tahun 2024, salah satu produsen sepatu terbesar di Vietnam untuk merek-merek besar seperti Nike akan memangkas ribuan pekerja pada akhir bulan karena anjloknya pesanan, menurut otoritas setempat.
Baca Juga: Bank Permata Raup Laba Rp 3,6 Triliun di 2024
PouYuen Vietnam, unit dari Pou Chen Group yang berbasis di Taiwan, akan memberhentikan 3.000 pekerja pabrik dan tidak akan memperbarui kontrak 3.000 pekerja lainnya karena "sangat sedikit pesanan produksi pada tahun 2023", menurut dokumen departemen ketenagakerjaan Kota Ho Chi Minh yang diperoleh Agence France-Presse pada hari Senin.