IHSG Anjlok, Ingat Lagi Pernyataan Prabowo: Rakyat Desa Gak Main Saham

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 18 Maret 2025 | 14:44 WIB
IHSG Anjlok, Ingat Lagi Pernyataan Prabowo: Rakyat Desa Gak Main Saham
Presiden Prabowo Subianto.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini Selasa, 18 Maret 2025, mengalami penurunan drastis sebesar 5 persen, menyebabkan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah drastis untuk membekukan perdagangan saham pada sesi pertama.

Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap volatilitas pasar yang ekstrem, yang potensial membahayakan kestabilan keuangan dan investasi di Indonesia.

Kondisi pasar saham yang tiba-tiba merosot ini memicu kekhawatiran di kalangan investor kecil dan besar, dengan banyak pihak mencoba mencari penjelasan mengenai apa yang memicu penurunan tajam tersebut.

Dalam situasi yang tidak menentu, komentar dari Presiden Prabowo Subianto saat berpidato di Pembukaan Sidang Tanwir Muhammadiyah, Rabu (4/12/2024) kembali menjadi sorotan.

Menurut Presiden Prabowo kala itu, kejatuhan pasar saham memang akan berdampak ke para pemain saham di pasar modal.

"Saya nggak punya saham, rakyat di desa-desa juga tidak punya saham. Kalau saham jatuh, iya pemain bursa itu," kata Prabowo kala itu.

Bahkan Presiden Prabowo menyebut, jika masyarakat kecil mencoba untuk ikut bermain saham, maka yang akan didapat justru hanyalah kerugian.

"Kalau main-main saham itu, kalau orang kecil pasti kalah, untuk orang kecil itu biasanya saham sama dengan judi itu. Yang menang itu yang bandar besar, yang kuat ya kan," kata Prabowo.

Pernyataan ini memicu diskusi lebih lanjut mengenai struktur dan keadilan dalam investasi saham di Indonesia, menyoroti pentingnya perlindungan investor kecil dan pemberantasan praktik-praktik yang tidak sehat dalam pasar modal.

Baca Juga: DPR Ramai-ramai Sambangi BEI Imbas Trading Halt

Anjloknya IHSG juga menandakan ketidakstabilan ekonomi yang lebih luas, yang mungkin dipicu oleh faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, perubahan kebijakan moneter global, atau penurunan di sektor-sektor ekonomi kunci.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI