IHSG Kebakaran Hingga Trading Halt, Daftar Saham Top Losers

Banyak saham-saham yang masuk indeks yang memiliki likuiditas tinggi atau LQ45 juga mengalami kebakaran.
Suara.com - Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk pada perdagangan Selasa (18/3/2025) hingga menyebabkan transaksi dibekukan atau trading halt. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 11.30 WIB sebesar 353,613 poin atau melemah 5,022% ke level 6.158.
Banyak saham-saham yang masuk indeks yang memiliki likuiditas tinggi atau LQ45 juga mengalami kebakaran.
Misalnya dikutip data dari BEI, Saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) terjungkal paling dalam sebesar 23,23 persen atau 180 poin menjadi Rp595 per lembar saham.
Kemudian, saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) juga merosot 16,65 persen menjadi Rp1.360 per lembar saham. Selanjutnya, PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) juga anjok 8,9 persen menjadi Rp1.330 per lembar saham.
Baca Juga: IHSG Lanjutan Penguatan Hingga Akhir Perdagangan Selasa Ini
Lalu, saham-saham sektor perbankan yang masuk LQ45, seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) mendekam di zona merah dengan turun 6,77 persen menjadi Rp2.340. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) anjlok 6,77 persen menjadi Rp4.370.
Begitu juga, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang anjlok 5,54 persen ke level Rp4.090. Serta, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang merosot 6,27 persen menjadi Rp3.590.
Kondisi ini tidak membaik hingga menjelang penutupan sesi pertama perdagangan. Kondisi ini memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menghentikan sementara perdagangan saham (trading halt) guna mencegah kerugian yang lebih besar.
Kebijakan trading halt ini diatur dalam Surat Perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor S-274/PM.21/2020 tanggal 10 Maret 2020. Aturan tersebut menyatakan bahwa BEI wajib menghentikan perdagangan saham selama 30 menit jika IHSG mengalami penurunan lebih dari 5 persen. Jika penurunan berlanjut hingga lebih dari 10 persen, perdagangan akan dihentikan kembali selama 30 menit.
Sementara itu, jika penurunan mencapai lebih dari 15 persen, BEI dapat memberlakukan trading suspend hingga akhir sesi perdagangan atau lebih dari satu sesi setelah mendapatkan persetujuan OJK.
Baca Juga: Strategi di Balik Buyback Saham BRI Rp3 Triliun, Picu Sinyal Optimis
Penyebab Pelemahan IHSG
IHSG telah menunjukkan tren pelemahan sejak pembukaan perdagangan pagi ini. Indeks langsung terkoreksi sesaat setelah pembukaan dan mencapai posisi terendah di level 6.170. Pelemahan ini menjadikan IHSG sebagai indeks dengan penurunan terburuk di kawasan Asia dan ASEAN pada hari ini.
Salah satu faktor utama yang mendorong pelemahan IHSG adalah sentimen net sell investor asing yang masif. Sepanjang tahun 2025, investor asing telah melakukan aksi jual bersih senilai Rp24 triliun di pasar saham Indonesia. Belum ada tanda-tanda pembalikan arah ke positif, sehingga tekanan jual masih terus membayangi pasar.
Selain itu, kejatuhan harga saham-saham kapitalisasi besar turut memperberat pelemahan IHSG. Salah satunya adalah saham DCII, yang anjlok hingga 20 persen dan memberikan kontribusi negatif sebesar 38,46 poin terhadap IHSG. Saham-saham besar lainnya juga menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan, memperparah sentimen negatif di pasar.
Pelemahan tajam IHSG hari ini mencerminkan ketidakpastian yang masih tinggi di pasar saham Indonesia. Sentimen negatif dari investor asing, ditambah dengan tekanan jual di saham-saham besar, menjadi faktor utama yang menggerus kepercayaan investor domestik.
Meskipun trading halt diberlakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar, langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran akan potensi penurunan lebih lanjut jika sentimen negatif tidak segera teratasi.
Namun demikian, investor disarankan untuk tetap waspada dan memantau perkembangan pasar dengan cermat, terutama terkait kebijakan dan langkah-langkah stabilisasi yang akan diambil oleh otoritas pasar modal.