IHSG 'Hancur Lebur' saat Bursa Saham Asia dan Wall Street Kompak Menguat

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 18 Maret 2025 | 12:47 WIB
IHSG 'Hancur Lebur' saat Bursa Saham Asia dan Wall Street Kompak Menguat
Layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam hingga menembus -6,11% pada penutupan perdagangan sesi 1, hari ini, Selasa (18/3/2025). Dampaknya, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan penghentian sementara perdagangan atau trading halt pada pukul 11.19 WIB. Trading halt terakhir kali dilakukan pada Pandemi COVID-19 tahun 2022 silam. 

Untuk diketahui, pada saat *trading halt* diberlakukan, IHSG turun sebesar 325,034 poin ke level 6.146,913. Data perdagangan menunjukkan 541 saham melemah, 95 saham menguat, dan 158 saham stagnan, dengan total volume perdagangan mencapai 13,5 miliar saham dan nilai transaksi sebesar Rp8,4 triliun. 

BEI meluncurkan mekainsme trading halt, dipastikan bertujuan untuk menstabilkan pasar saat terjadi volatilitas ekstrem. Penghentian sementara perdagangan dilakukan jika IHSG mengalami penurunan lebih dari 5% dan berlangsung selama 30 menit.

Jika penurunan berlanjut hingga lebih dari 10%, perdagangan akan dihentikan kembali selama 30 menit. Apabila IHSG turun lebih dari 15%, BEI dapat menghentikan perdagangan hingga akhir sesi atau lebih, setelah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Perbandingan dengan Bursa Saham Asia Lainnya

Penurunan signifikan IHSG hari ini sangat kontras dengan kinerja bursa saham utama di Asia lainnya. Seperti yang ditunjukkan pada Selasa (18/3/2025), Indeks Nikkei 225 di Jepang mencatat kenaikan 0,5%, sementara indeks Hang Seng di Hong Kong naik 0,3%.

Selain keduanya, indeks saham Straits Times Index di Singapura juga mengalami kenaikan tipis sebesar 0,2%. Di sisi lain, indeks Shanghai Composite di China mengalami penurunan 0,4%, namun tidak sebesar penurunan IHSG.

Kinerja Bursa Saham Global

Terlepas dari pasar modal kawasan Asia, di bursa saham Amerika Serikat, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500 masing-masing mengalami penurunan 0,6% dan 0,4% pada penutupan perdagangan sebelumnya. 

Baca Juga: 26 Perusahaan Daftar IPO IHSG, Mayoritas Punya Aset Jumbo!

Sementara, Nasdaq Composite, yang banyak berisi saham teknologi, turun 0,7%. Bursa saham utama Eropa juga menunjukkan tren penurunan serupa, dengan indeks FTSE 100 di Inggris turun 0,5% dan DAX di Jerman melemah 0,6%.

Faktor Penyebab Penurunan IHSG

Analis pasar mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan tajam IHSG:

1. Sentimen Global Negatif: Kekhawatiran investor terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik meningkatkan aversi terhadap risiko, mendorong aksi jual di pasar saham.

2. Data Ekonomi Domestik: Rilis data ekonomi Indonesia yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan sektor manufaktur dan penurunan ekspor menambah kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi nasional.

3. Tekanan pada Rupiah: Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS meningkatkan kekhawatiran investor asing, yang cenderung menarik dananya dari pasar saham Indonesia.

Respon Regulator dan Prospek Ke Depan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI terus memantau perkembangan pasar dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas pasar modal. Investor diimbau untuk tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi volatilitas pasar saat ini.

Dalam keterangan resminya, BEI memastikan langkah ini dilakukan demi memberi waktu para investor.

"Langkah ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi pelaku pasar dalam merespons kondisi pasar yang bergejolak secara signifikan," tulis BEI seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (18/3/2025).

Meskipun IHSG mengalami penurunan tajam hari ini, fundamental ekonomi Indonesia yang solid dan prospek pertumbuhan jangka panjang yang positif dapat menjadi penopang bagi pemulihan pasar saham ke depannya.

Dalam situasi seperti ini, diversifikasi portofolio dan fokus pada saham-saham dengan fundamental kuat menjadi strategi yang disarankan bagi investor untuk memitigasi risiko dan memanfaatkan peluang di tengah volatilitas pasar.

Dengan tetap memperhatikan perkembangan terkini dan melakukan analisis yang cermat, investor dapat mengambil keputusan investasi yang bijak di tengah dinamika pasar saat ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI