Kerugian Akibat Banjir Jabodetabek Capai Rp2 Triliun, Berpotensi Tembus Rp10 T

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 05 Maret 2025 | 07:00 WIB
Kerugian Akibat Banjir Jabodetabek Capai Rp2 Triliun, Berpotensi Tembus Rp10 T
Suasana aktivitas jual beli saat banjir di pasar Cipulir, Jakarta Selatan, Selasa (4/3/2025). [ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/agr]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jakarta memang tak lepas dari bencana banjir setiap tahunnya. Banjir yang terjadi tidak hanya menghambat aktivitas warga, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial yang signifikan. Lantas, berapa total kerugian akibat banjir di Jakarta dari tahun 2020 hingga 2024?

Banjir di Jakarta kembali terjadi pada awal Maret 2025, menggenangi puluhan RT dan menyebabkan ribuan warga terdampak. Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu (2/3/2025) serta luapan Kali Ciliwung menjadi faktor utama yang memperparah kondisi.

Hingga Selasa (4/3/2025), data menunjukkan genangan masih merendam 92 RT dengan ketinggian air bervariasi antara 30 cm hingga 120 cm. Beberapa ruas jalan juga turut tergenang, menghambat mobilitas warga dan aktivitas ekonomi.

Banjir yang terjadi di Jakarta telah memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian dan kehidupan masyarakat. Dalam kurun waktu 2020 hingga 2024, berbagai peristiwa banjir telah menyebabkan kerugian yang tidak sedikit, baik dari segi materi maupun terganggunya aktivitas ekonomi.

Baca Juga: Diguyur Hujan Deras, Petogogan Jakarta Selatan Terendam Banjir Setinggi 40 CM

Berapa Total Kerugian Akibat Banjir di Jakarta?

Pada awal tahun 2020, tepatnya pada 1 Januari, wilayah Jabodetabek dilanda banjir besar yang mengakibatkan kerugian signifikan. Berdasarkan laporan, banjir ini menyebabkan kerugian pada sektor ritel yang mencapai Rp960 miliar.

Hal ini disebabkan oleh banyaknya toko ritel yang tutup akibat banjir serta hilangnya pendapatan masyarakat akibat lumpuhnya aktivitas ekonomi.

Kerugian ini dihitung berdasarkan jumlah toko yang terpaksa berhenti beroperasi serta jumlah penduduk terdampak yang tidak dapat melakukan kegiatan belanja seperti biasanya.

Setidaknya, tercatat ada 300 toko ritel di Jakarta yang tutup akibat banjir, dengan estimasi pengeluaran masyarakat yang hilang sebesar Rp100.000 per orang dari 32.000 penduduk terdampak langsung.

Baca Juga: Bagaimana Korban dapat Tetap Aman selama Banjir Bekasi?

Mengutip dari ANTARA, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, kerugian ekonomi akibat banjir di Jakarta mencapai Rp2,1 triliun per tahun. Jika tidak ada langkah mitigasi yang memadai, angka ini diprediksi dapat meningkat hingga Rp10 triliun per tahun dalam satu dekade ke depan.

Selain itu, terdapat juga kerugian ekonomi tidak langsung serta potensi kehilangan kesempatan ekonomi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan angka kerugian langsung.

Besarnya nominal kerugian ini disebabkan oleh terganggunya berbagai aktivitas ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, berbagai upaya mitigasi seperti normalisasi sungai terus dilakukan oleh pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta guna menekan dampak buruk akibat banjir.

Warga melintasi banjir di kawasan Cililitan, Jakarta, Selasa (4/3/2025). [ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/agr]
Warga melintasi banjir di kawasan Cililitan, Jakarta, Selasa (4/3/2025). [ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/agr]

Banjir Jakarta Menjadi Ancaman Jangka Panjang

Banjir di Jakarta bukan hanya menyebabkan kerugian ekonomi, tetapi juga mengancam keberlanjutan infrastruktur serta kehidupan jutaan penduduk di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura Jawa).

Fenomena land subsidence atau penurunan permukaan tanah di Pantura Jawa bervariasi antara 1 cm hingga 25 cm per tahun. Di sisi lain, kenaikan permukaan air laut berkisar antara 1 cm hingga 15 cm per tahun, yang semakin memperparah risiko banjir rob di beberapa lokasi.

Wilayah Pantura Jawa memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional dengan kontribusi sekitar 20,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, wilayah ini juga menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 50 juta penduduk.

Dengan adanya ancaman banjir rob serta degradasi lingkungan yang terus terjadi, setidaknya 70 kawasan industri, 5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 28 Kawasan Peruntukan Industri, serta 5 Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri berpotensi terdampak jika tidak ada upaya mitigasi yang lebih baik.

Koordinasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, menjadi kunci dalam mencari solusi jangka panjang.

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI