Suara.com - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) resmi diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (24/2/2025). Sejak wacana pembentukannya hingga peluncuran, keberadaan badan ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat terkait potensi penyalahgunaan dana.
Bahkan, beberapa pihak membandingkan kehadiran Danantara dengan skandal keuangan besar seperti kasus 1Malaysia Development Berhad (1MDB) di Malaysia. Lantas, bagaimana sejarah 1MDB Malaysia ini?
Skandal 1MDB merupakan salah satu kasus korupsi terbesar dalam sejarah Malaysia dan menjadi contoh nyata bagaimana penyalahgunaan dana publik dapat berdampak besar terhadap ekonomi dan politik suatu negara.
Dampak skandal 1MDB tidak hanya dirasakan di Malaysia, tetapi juga di berbagai negara yang terlibat dalam aliran dana tersebut. Berikut ulasan selengkapnya terkait sejarah 1MDB Malaysia.
Baca Juga: Mayoritas Saham Koleksi Danantara Kompak Merah, Ada yang Anjlok 4,78 Persen
Latar Belakang dan Pembentukan 1MDB
1Malaysia Development Berhad didirikan pada tahun 2009 oleh pemerintahan Perdana Menteri Malaysia saat itu, Najib Razak, sebagai dana investasi strategis yang bertujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi negara.
Awalnya, 1MDB merupakan pengembangan dari Terengganu Investment Authority (TIA), sebuah dana investasi yang dikelola oleh pemerintah negara bagian Terengganu. Setelah diambil alih oleh pemerintah federal, TIA berganti nama menjadi 1MDB dan diperluas cakupannya.
Dana ini didirikan dengan visi untuk menarik investasi asing dan mendanai proyek-proyek infrastruktur serta pengembangan ekonomi Malaysia. 1MDB melakukan berbagai investasi di sektor energi, real estate, dan industri lainnya. Namun, dalam beberapa tahun setelah pembentukannya, dana ini mulai menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan keuangan dan transparansi.
Kontroversi dan Skandal Keuangan 1MDB
Seiring berjalannya waktu, dugaan penyalahgunaan dana mulai mencuat. Investigasi dari berbagai lembaga keuangan internasional, termasuk Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ), mengungkap bahwa miliaran dolar dana 1MDB diduga diselewengkan ke rekening pribadi individu tertentu.
Skandal ini mencapai puncaknya pada tahun 2015 ketika terungkap bahwa sejumlah besar dana 1MDB digunakan untuk kepentingan pribadi, termasuk pembelian properti mewah, karya seni mahal, serta pendanaan produksi film Hollywood seperti "The Wolf of Wall Street".
Najib Razak, yang saat itu masih menjabat sebagai Perdana Menteri, menghadapi tekanan besar dari dalam dan luar negeri.
Investigasi oleh otoritas keuangan Malaysia dan berbagai negara lainnya mengungkap bahwa dana yang berasal dari 1MDB telah mengalir ke berbagai entitas dan individu, termasuk Jho Low, seorang pengusaha yang dianggap sebagai dalang di balik skema ini.

Apa Dampak dan Konsekuensi Skandal 1MDB?
Skandal 1MDB berdampak besar terhadap politik Malaysia. Pada Pemilu 2018, Najib Razak dan koalisinya, Barisan Nasional, mengalami kekalahan yang mengejutkan. Mahathir Mohamad, yang kembali menjabat sebagai Perdana Menteri, berjanji untuk menyelidiki kasus ini secara tuntas.
Najib kemudian didakwa atas berbagai tuduhan terkait penyalahgunaan dana, pencucian uang, dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada tahun 2020, ia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara.
Selain dampak politik, skandal ini juga mengguncang kepercayaan investor terhadap sistem keuangan Malaysia. Pemerintah terpaksa mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan ekonomi dan membayar kembali utang yang ditinggalkan oleh 1MDB. Banyak aset 1MDB yang disita dan dilelang untuk menutupi kerugian negara.
Bagaimana Keterkaitan Danantara dengan Skandal 1MDB?
Danantara dirancang untuk mengelola aset dengan nilai lebih dari US$ 900 miliar atau sekitar Rp 14 ribu triliun. Namun, ambisi besar ini dinilai memiliki tingkat risiko yang tinggi oleh sejumlah pakar ekonomi dan keuangan.
Meskipun tidak terlibat langsung dalam kasus 1MDB, perusahaan dan investor regional lainnya menghadapi peningkatan regulasi serta pengawasan ketat terhadap transaksi keuangan mereka.
Skandal ini juga memperkuat pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana investasi agar tidak terulang kembali kejadian serupa di masa depan.
Kasus 1MDB menjadi pelajaran berharga bagi sektor keuangan dan investasi di Asia, termasuk bagi Danantara, untuk lebih berhati-hati dalam menjalin kemitraan dan memastikan bahwa dana yang diinvestasikan benar-benar digunakan sesuai dengan tujuan awalnya. Demikianlah informasi terkait sejarah 1MDB Malaysia.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas