![Pupuk Indonesia [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/24/32016-pupuk-indonesia.jpg)
Tantangan dan Prospek di Masa Depan
Sebagai salah satu pilar ketahanan pangan nasional, Pupuk Indonesia membuktikan kiprahnya dengan menunjukkan pencapaian luar biasa dalam produksi dan distribusi pupuk. Dengan total produksi mencapai 13 juta ton per tahun.
Hal ini membuat Pupuk Indonesia mampu memastikan ketersediaan pupuk bagi jutaan petani di seluruh Indonesia dengan memenuhi 90% kebutuhan secara nasional. Tidak hanya itu, tahun lalu, distribusi pupuk bersubsidi mencapai 9,2 juta ton, menjangkau 8,7 juta petani, termasuk 1,2 juta petani milenial yang kini semakin aktif dalam sektor pertanian.
Keberhasilan ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produktivitas pertanian, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap efisiensi anggaran negara. Dengan mengandalkan sistem digitalisasi dan pengawasan ketat, Pupuk Indonesia menghemat Rp3,1 triliun per tahun dari pengurangan kebocoran subsidi, membantu negara mengalokasikan dana untuk sektor lain yang juga krusial bagi pembangunan.
Namun demikian, perjalanan Pupuk Indonesia bukan tanpa tantangan. Meski dengan capaian impresif, perusahaan negara ini masih menghadapi tantangan seperti kesenjangan digital di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) dan fluktuasi harga gas alam.
Menghadapi hal ini, Pupuk Indonesia sudah menyiapkan sejumlah langkah, seperti menyiapkan 1.000 kios digital di daerah 3T hingga 2026, pengembangan pupuk nano berbasis IoT dengan target efisiensi 50% dan ekspansi pasar global dengan membuka pabrik baru di Afrika dan Asia Tengah.
Meski begitu, Pupuk Indonesia masih perlu memperkuat sektor UMKM, akses pembiayaan yang lebih luas dan fleksibel menjadi krusial. Alasannya karena selain kredit konvensional, bank dan lembaga keuangan saat ini sudah mulai mengadopsi skema pembiayaan inovatif seperti peer-to-peer lending dan pembiayaan berbasis invoice.
Pendekatan ini memungkinkan pelaku UMKM mendapatkan modal kerja tanpa jaminan fisik yang besar, sehingga lebih inklusif bagi usaha kecil yang masih dalam tahap berkembang.
Pupuk Indonesia juga sebaiknya mulai menggandeng fintech secara luas untuk mendukung percepatan mempercepat proses verifikasi dan pencairan dana. Dengan sistem pemeringkatan kredit berbasis data, UMKM yang belum memiliki riwayat kredit pun tetap dapat mengakses pembiayaan dengan analisis risiko yang lebih akurat.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Berdayakan UMKM Kain Songket Jadi Berjual Nilai Tinggi
Saran kedua adalah pengembangan ekosistem pertanian terpadu melalui kolaborasi riset dan memaksimalkan penggunaan teknologi terkini.