Salah satu langkah transformasi digital yang paling berdampak pada efisiensi distribusi Pupuk Indonesia adalah penerapan Distribution Planning & Control System (DPCS). Sistem ini memungkinkan pemantauan distribusi pupuk dari pabrik hingga ke kios-kios yang tersebar di seluruh Indonesia.
Berdasarkan laporan keuangan PT Pupuk Indonesia (Persero) pada tahun 2023, dukungan sistem ini membuat perencanaan distribusi menjadi lebih akurat, dibuktikan dengan adanya peningkatan efisiensi distribusi hingga 30%. Selain itu, teknologi ini berhasil mengurangi buffer stock sebesar 15%, yang berkontribusi pada efisiensi biaya logistik tahunan mencapai Rp200 miliar.
Distribusi pupuk juga semakin mudah dijagkau oleh petani karena faktor kedekatan. Pasalnya, kini, pengelolaan pendaftaran distributor pupuk terbilang sangat mudah dengan adanya dukungan Distributor Management System (DIMAS), sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengelola pendaftaran distributor pupuk dari PT Pupuk Indonesia. Adanya DIMAS semakin memudahkan distribusi pupuk subsidi karena mendukung pemerataan distributor pupuk di berbagai pelosok.
Pakar pertanian dari IPB, Dwi Andreas Santosa dalam salah satu analisanya menjelaskan bahwa digitalisasi rantai pasok merupakan langkah yang sangat krusial dalam meningkatkan efektivitas distribusi pupuk di Indonesia.
“Selama ini, salah satu tantangan terbesar dalam penyaluran pupuk adalah ketidakseimbangan pasokan dan permintaan di berbagai daerah. Dengan sistem berbasis digital, distribusi dapat lebih merata dan tepat sasaran,” ungkap Dwi.
Sejak tahun 2024, sistem DPCS yang digunakan oleh 91% kios penyalur pupuk subsidi yang terdaftar sudah diperkuat dengan Retail Management System pada aplikasi REKAN. Dengan rata-rata 2,1 juta transaksi per bulan, sistem ini mencapai akurasi data 99%. Menurut laporan internal perusahaan, implementasi RMS memungkinkan distributor dan kios mendapatkan akses instan terhadap stok, harga, dan promosi, sehingga mempersingkat waktu transaksi dari awalnya 2 jam menjadi hanya 15 menit.
Selain itu, seperti yang disampaikan mantan Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, digitalisasi sistem distribusi meningkatkan transparansi dan mengurangi potensi kebocoran pupuk subsidi. “Dengan sistem digital yang terintegrasi, penyelewengan dan spekulasi stok dapat ditekan, sehingga petani lebih mudah mendapatkan pupuk sesuai kebutuhannya,” ujarnya dalam seminar digitalisasi pertanian pada 2023 silam.
![Distribusi Pupuk Indonesia yang terus berinovasi memudahkan akses pra petani [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/24/73101-pupuk-indonesia.jpg)
Seiring industri pupuk yang berkembang pesat, Pupuk Indonesia mengambil langkah besar dengan mengadopsi Digital Manufacturing Excellence, sebuah inovasi berbasis Internet of Things (IoT) dan big data. Dengan dukungan aplikasi Digital Fertilizer, BUMN yang lahir pada 24 Desember 1959 ini bisa dengan mudah memantau kinerja 13 pabrik secara real-time, memastikan efisiensi dalam penggunaan bahan baku serta memangkas downtime produksi hingga 20%. Keunggulan ini bukan sekadar peningkatan teknologi, melainkan juga sebuah lompatan menuju industri pupuk yang lebih tangguh dan adaptif.
Tidak hanya pada lini produksi, Pupuk Indonesia juga memperkuat fondasi digital melalui Single System ERP SAP, yang berhasil mengintegrasikan 10 anak perusahaan dalam satu sistem terpadu. Hasilnya, proses pelaporan keuangan yang sebelumnya memakan waktu 14 hari kini dapat diselesaikan hanya dalam 3 hari. Efisiensi ini tidak hanya mempercepat proses administrasi, melainkan juga memberikan lebih banyak opsi menjalankan langkah strategis yang lebih cepat dan akurat.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Berdayakan UMKM Kain Songket Jadi Berjual Nilai Tinggi
Keberhasilan transformasi digital ini dibuktikan dengan laporan keuangan yang solid. Mengutip laporan terkait, Pupuk Indonesia mencatat lonjakan laba bersih dari Rp3,4 triliun pada 2019 menjadi Rp6,3 triliun pada 2022, dengan pertumbuhan EBITDA mencapai 224% dari yang ditargetkan. Selain itu, penerapan predictive maintenance juga berhasil mengoptimalkan penggunaan energi dan mengurangi limbah sehingga menghemat biaya produksi hingga Rp1,2 triliun.