Kolaborasi Inovatif dan Transformasi Digital, Kunci Pupuk Indonesia Jadi Pilar Ketahanan Pangan Nasional

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 24 Februari 2025 | 18:00 WIB
Kolaborasi Inovatif dan Transformasi Digital, Kunci Pupuk Indonesia Jadi Pilar Ketahanan Pangan Nasional
Pupuk Indonesia terus berinovasi guna memudahkan distriusi pupuk bersubsidi di Indonesia
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Pupuk bukan sekedar zat yang menyuburkan tanah. Melainkan juga simbol harapan dan keberlanjutan," demikian pemikiran Francis Bacon, filsuf asal Inggris yang percaya bahwa pengetahuan adalah kekuatan. Layaknya pupuk yang mendukung tanaman tumbuh dengan baik, pengetahuan dan inovasi menjadi penyangga kemajuan peradaban manusia. Dalam dunia pertanian, pupuk dianggap sebagai nyata bagaimana manusia mampu memahami dan mengolah alam demi kesejahteraan bersama.

Pemikiran ini mungkin menjadi salah satu inspirasi bagi PT Pupuk Indonesia (Persero), selaku ujung tombak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di lini produksi pupuk dan pengembangan bahan kimia untuk mendukung petani Indonesia.

Hampir 66 tahun menjadi mitra penanam negeri ini, PT Pupuk Indonesia (Persero) tidak berhenti membuktikan diri sebagai salah satu pelopor transformasi digital di bidangnya. Tidak main-main, langkah ini memiliki signifikan terhadap efisiensi operasional, peningkatan kinerja keuangan, dan perluasan akses pupuk bagi petani.

Sebagai produsen pupuk terbesar di Asia Pasifik, perusahaan milik negara ini tidak hanya menjadi salah satu sosok kunci ketahanan pangan nasional, melainkan juga contoh sukses integrasi teknologi dalam ekosistem pertanian.

Baca Juga: Pupuk Indonesia Berdayakan UMKM Kain Songket Jadi Berjual Nilai Tinggi

Peran strategis Pupuk Indonesia dalam mendukung petani Indonesia dari masa ke masa tidak bisa lepas dari adaptasi yang tepat seiring perkembangan zaman.

Sebagai contoh, transformasi digital yang dilakukan oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) berdampak signifikan dalam efisiensi operasional, peningkatan produksi, hingga optimalisasi distribusi. Dengan mengadopsi teknologi digital berbasis Internet of Things (IoT), big data analytics, hingga kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), Pupuk Indonesia tidak hanya berhasil memperluas kemudahan akses pupuk bagi petani, melainkan juga meningkatkan efisiensi kerja perusahaan.

“Tebus pupuk subsidi sekarang mudah banget, mas. Pakai KTP aja. Stok juga Alhamdulillah saya belum pernah ada masalah. Bersyukur sekali, dan terima kasih tentunya untuk Pupuk Indonesia karena sudah dibantu dapat pupuk dengan harga murah,” ujar Wiyono, salah seorang petani asal Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten yang sekaligus menegaskan keberhasilan digitalisasi penyaluran pupuk di berbagai pelosok.

Kemudahan akses pupuk yang dinikmati oleh Wiyono ini adalah bukti bahwa Pupuk Indonsia telah mengimplementasikan Perpres 06/2025 tentang Tata Kelola Pupuk Bersubsidi yang memangkas jalur panjang distribusi pupuk bersubsidi.

Ditambah dengan dukungan i-Pubers, petani yang terdaftar dalam e-RDKK dan memenuhi kriteria untuk mendapatkan pupuk bersubsidi karena pemilik kios pupuk dapat melakukan verifikasi data KTP petani terkait secara realtime.

Baca Juga: Optimalkan Hasil Panen Program Makmur, Pupuk Indonesia Terapkan Teknologi Pertanian Presisi Dalam Budidaya Padi

Aplikasi i-Pubers yang pengembangannya didukung Pupuk Indonesia memudahkan distribusi pupuk bersubsidi untuk petani [Ist]
Aplikasi i-Pubers yang pengembangannya didukung Pupuk Indonesia memudahkan distribusi pupuk bersubsidi untuk petani [Ist]

Revolusi Rantai Pasok melalui Sistem Terintegrasi

Salah satu langkah transformasi digital yang paling berdampak pada efisiensi distribusi Pupuk Indonesia adalah penerapan Distribution Planning & Control System (DPCS). Sistem ini memungkinkan pemantauan distribusi pupuk dari pabrik hingga ke kios-kios yang tersebar di seluruh Indonesia.

Berdasarkan laporan keuangan PT Pupuk Indonesia (Persero) pada tahun 2023, dukungan sistem ini membuat perencanaan distribusi menjadi lebih akurat, dibuktikan dengan adanya peningkatan efisiensi distribusi hingga 30%. Selain itu, teknologi ini berhasil mengurangi buffer stock sebesar 15%, yang berkontribusi pada efisiensi biaya logistik tahunan mencapai Rp200 miliar.

Distribusi pupuk juga semakin mudah dijagkau oleh petani karena faktor kedekatan. Pasalnya, kini, pengelolaan pendaftaran distributor pupuk terbilang sangat mudah dengan adanya dukungan Distributor Management System (DIMAS), sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengelola pendaftaran distributor pupuk dari PT Pupuk Indonesia. Adanya DIMAS semakin memudahkan distribusi pupuk subsidi karena mendukung pemerataan distributor pupuk di berbagai pelosok.

Pakar pertanian dari IPB, Dwi Andreas Santosa dalam salah satu analisanya menjelaskan bahwa digitalisasi rantai pasok merupakan langkah yang sangat krusial dalam meningkatkan efektivitas distribusi pupuk di Indonesia.

“Selama ini, salah satu tantangan terbesar dalam penyaluran pupuk adalah ketidakseimbangan pasokan dan permintaan di berbagai daerah. Dengan sistem berbasis digital, distribusi dapat lebih merata dan tepat sasaran,” ungkap Dwi.

Sejak tahun 2024, sistem DPCS yang digunakan oleh 91% kios penyalur pupuk subsidi yang terdaftar sudah diperkuat dengan Retail Management System pada aplikasi REKAN. Dengan rata-rata 2,1 juta transaksi per bulan, sistem ini mencapai akurasi data 99%. Menurut laporan internal perusahaan, implementasi RMS memungkinkan distributor dan kios mendapatkan akses instan terhadap stok, harga, dan promosi, sehingga mempersingkat waktu transaksi dari awalnya 2 jam menjadi hanya 15 menit.

Selain itu, seperti yang disampaikan mantan Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, digitalisasi sistem distribusi meningkatkan transparansi dan mengurangi potensi kebocoran pupuk subsidi. “Dengan sistem digital yang terintegrasi, penyelewengan dan spekulasi stok dapat ditekan, sehingga petani lebih mudah mendapatkan pupuk sesuai kebutuhannya,” ujarnya dalam seminar digitalisasi pertanian pada 2023 silam.

Distribusi Pupuk Indonesia yang terus berinovasi memudahkan akses pra petani [Ist]
Distribusi Pupuk Indonesia yang terus berinovasi memudahkan akses para petani [Ist]

Seiring industri pupuk yang berkembang pesat, Pupuk Indonesia mengambil langkah besar dengan mengadopsi Digital Manufacturing Excellence, sebuah inovasi berbasis Internet of Things (IoT) dan big data. Dengan dukungan aplikasi Digital Fertilizer, BUMN yang lahir pada 24 Desember 1959 ini bisa dengan mudah memantau kinerja 13 pabrik secara real-time, memastikan efisiensi dalam penggunaan bahan baku serta memangkas downtime produksi hingga 20%. Keunggulan ini bukan sekadar peningkatan teknologi, melainkan juga sebuah lompatan menuju industri pupuk yang lebih tangguh dan adaptif. 

Tidak hanya pada lini produksi, Pupuk Indonesia juga memperkuat fondasi digital melalui  Single System ERP SAP, yang berhasil mengintegrasikan 10 anak perusahaan dalam satu sistem terpadu. Hasilnya, proses pelaporan keuangan yang sebelumnya memakan waktu 14 hari  kini dapat diselesaikan hanya dalam 3 hari. Efisiensi ini tidak hanya mempercepat proses administrasi, melainkan juga memberikan lebih banyak opsi menjalankan langkah strategis yang lebih cepat dan akurat. 

Keberhasilan transformasi digital ini dibuktikan dengan laporan keuangan yang solid. Mengutip laporan terkait, Pupuk Indonesia mencatat lonjakan laba bersih dari Rp3,4 triliun pada 2019 menjadi Rp6,3 triliun pada 2022, dengan pertumbuhan  EBITDA mencapai 224% dari yang ditargetkan. Selain itu, penerapan predictive maintenance juga berhasil mengoptimalkan penggunaan energi dan mengurangi limbah sehingga menghemat biaya produksi hingga  Rp1,2 triliun. 

Pertanian Presisi: Solusi Peningkatan Produktivitas Petani

Dari sisi strategi transformasi digital, Pupuk Indonesia mengembangkan teknologi pertanian presisi melalui Digital Soil dan Precirice, yakni alat uji tanah digital berbasis AI yang memiliki fitur masukan atau rekomendasi bagi petani terkait pemupukan spesifik untuk tanaman padi.

Merujuk pada sejumlah uji coba yang dilakukan di berbagai daerah, teknologi ini meningkatkan produktivitas lahan hingga 12% dan mengurangi penggunaan pupuk hingga 18%. Dengan implementasi skala nasional, sistem ini diharapkan bisa membantu petani menghemat biaya produksi karena lebih efisien sekaligus meningkatkan hasil panen.

Langkah Pupuk Indonesia yang memanfaatkan AI dalam bisnis mereka ini mendapatkan apresiasi dari pakar teknologi pertanian dari Kementerian Pertanian, Laila Munazah. Menurut Laila, penggunaan AI sebagai pertimbangan rekomendasi pemupukan dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi permasalahan ketidaktepatan dosis pupuk yang selama ini banyak dikeluhkan oleh petani.

“Banyak petani yang masih menggunakan pupuk secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman. Dengan sistem berbasis AI, petani bisa mendapatkan rekomendasi yang lebih akurat dan berkelanjutan,” katanya dalam sebuah seminar inovasi pertanian pada tahun 2024 lalu.

Pupuk Indonesia mengembangkan teknologi pertanian presisi melalui Digital Soil dan Precirice, yakni alat uji tanah digital berbasis AI yang memiliki fitur masukan atau rekomendasi bagi petani  [Ist]
Pupuk Indonesia mengembangkan teknologi pertanian presisi melalui Digital Soil dan Precirice, yakni alat uji tanah digital berbasis AI yang memiliki fitur masukan atau rekomendasi bagi petani [Ist]

Revolusi Rantai Pasok melalui Sistem Terintegrasi   

Dalam mendistribusikan pupuk dari pabrik, kios hingga sampai ke tangan petani, Pupuk Indonesia mengimplementasikan sebuah sistem yang memungkinkan pemantauan distribusi pupuk secara realtime melalui Distribution Planning & Control System (DPCS). Teknologi ini juga sudah dilengkapi Early Warning System yang berguna untuk memprediksi kekurangan stok lintas daerah. Sehingga, membantu Pupuk Indonesia untuk lebih akurat dalam perencanaan distribusi. Berdasarkan data yang dikutip Redaksi Suara.com hingga akhir 2024 lalu,peningkatan akurasi yang dihasilkan dari DPCS dalam distribusi mencapai 30%.

Dampak positifnya, Pupuk Indonesia berhasil mengoptimalkan logistik dan mengurangi buffer stock sebesar 15%. Langkah ini juga memiliki peran dalam efisiensi biaya logistik perusahaan hingga Rp200 miliar.

Sejak 2024, sistem ini sudah dilengkapi dengan Retail Management System yang membantu kios pupuk dalam digitalisasi jual-beli, sekaligus membantu Pupuk Indonesia melakukan pemantauan distribusi secara langsung. Hingga saat ini, RMS telah digunakan oleh 91% kios terdaftar di Indonesia, memproses 2,1 juta transaksi per bulan dengan akurasi data 99%.

Integrasi dengan platform iPubers memungkinkan distributor dan kios mengakses data stok, harga, dan promosi dengan lebih cepat dan efisien.

Bahkan, saat ini, Pupuk Indonesia terus mengembangkan model bisnis baru bagi distributor, terutama dalam rangka perbaikan tata kelola, yakni Integrated Distribution and Outbond Logistic (INDIGO) guna memonitor pergerakan dan posisi stok pupuk pada setiap lini, mulai dari lini 1 (pabrik) hingga lini 4 (kios/pengecer).

Digitalisasi Proses Produksi

Adopsi inovasi berbasis IoT dan big data juga dilaksanakan Pupuk Indonesia di sektor produksi dengan mengadopsi Digital Manufacturing Excellence yang diimplementasikan melalui aplikasi Digital Fertilizer. Aplikasi ini terbukti mengoptimalkan penggunaan bahan baku, dan mengurangi downtime hingga 20%. 

Dengan adanya Single System ERP SAP, Pupuk Indonesia bisa dengan mudah bisa bertukar informasi secara langsung dengan 10 anak perusahaan melalui satu platform, yang memangkas waktu pelaporan keuangan dari 14 hari menjadi 3 hari.

Optimalnya pemanfaatan teknologi ini mendukung kinerja positif perusahaan, yakni laba bersih perusahaan melonjak dari Rp3,4 triliun (2019) menjadi Rp6,3 triliun (2022), dengan peningkatan EBITDA sebesar 224% dari target. Sementara, pada efisiensi biaya produksi mencapai Rp1,2 triliun berkat optimalisasi energi dan reduksi limbah melalui sistem predictive maintenance. 

Pengembangan serupa juga dilakukan Pupuk Indonesia dalam implementasi rekomendasi pemupukan tanaman padi. Penggunaan kecerdasan buatan dalam program Digital Soil dan Precirice memudahkan petani dalam uji tanah pertanian. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Redaksi Suara.com, teknologi ini diklaim meningkatkan produktivitas lahan rata-rata 12% dan mengurangi penggunaan pupuk hingga 18%.

PT Pupuk Indonesia (Persero) menyelenggarakan program "Pupuk Indonesia (PI) Menyapa" di Balai Desa Kampung Telaga, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
PT Pupuk Indonesia (Persero) menyelenggarakan program "Pupuk Indonesia (PI) Menyapa" di Balai Desa Kampung Telaga, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Pupuk Indonesia, Garda Terdepan Bantu Petani di Berbagai Pelosok

Pupuk Indonesia menjadi garda terdepan dalam menjamin akses pupuk bagi petani melalui integrasi teknologi, perluasan jaringan distribusi, dan kebijakan inklusif. Berikut sejumlah inovasi dan gebrakan yang sudah dilaksanakan guna mendukung kemajuan pertanian Indonesia: 

1. Digitalisasi Sistem Distribusi

-  Platform e-RDKK : Sejak 2024, Pupuk Indonesia memverifikasi 14,7 juta petani dan memastikan distribusi pupuk tepat sasaran dengan menggunakan sistem e-RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Selain itu, e-RDKK juga mengurangi penyalahgunaan subsidi hingga 95%.

-  Aplikasi i-Pubers : Diadopsi di 27.000 kios pertanian nasional, aplikasi ini memangkas waktu transaksi dari 2 jam menjadi 4 kali lebih cepat. Hingga Januari 2025, 27.092 petani telah menebus pupuk melalui sistem ini dengan total 7.536 ton pupuk.

2. Peningkatan Alokasi Subsidi dan Stok Nasional   

-  Kenaikan Alokasi Subsidi: Sejak tahun 2024, alokasi pupuk bersubsidi naik dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Realisasi distribusi mencapai 6,6 juta ton per November 2024 (87,7% dari total target).

-  Stok Strategis: Per Januari 2025, stok pupuk nasional mencapai 1,55 juta ton (1,14 juta ton subsidi dan 411.105 ton nonsubsidi), melebihi ketentuan minimal pemerintah

3. Program Terobosan untuk Petani Milenial   

-  Program MAKMUR (Mandiri, Aktif, Kreatif, Unggul, dan Rapi) sukses memberdayakan 107.642 petani atau 130% dari target awal. Dengan program ini, Pupuk Indonesia memberikan dengan pendampingan teknis dan akses pupuk nonsubsidi diskon 40-50%. Program ini mencakup 358.885 hektar lahan di 31 kabupaten.

-  Pada 2024, Pupuk Indonesia mengadakan Gebyar Diskon, yakni memberikan potongan harga untuk pembelian pupuk non-subsidi yakni nonsubsidi seharga Rp270 ribu/25 kg di 1.077 distributor yang berdampak pada peningkatan penjualan non-subsidi hingga 300%.

4. Optimalisasi Logistik dan Jaringan Distribusi   

-  Jaringan Distributor : Pupuk Indonesia menambah 1.077 distributor pada 2024, yang mendukung distribusi lebih merata ke berbagai pelosok Indonesia.

-  Sistem Early Warning : Teknologi DPCS yang terus dikembangkan hingga saat ini, memantau stok secara real-time di 13 pabrik dan 27.000 kios, mengurangi kelangkaan pupuk di 514 kabupaten. 

5. Kolaborasi Multi-sektor

- Sinergi Lintas Kementerian dan Lembaga: Pupuk Indonesia senantiasa berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri dan Ombudsman dalam rangka meningkatkan akurasi data penerima subsidi. Pada 2024, 100% alokasi pupuk di tingkat kecamatan telah terverifikasi

-  Kemitraan Fintech : Integrasi dengan platform pinjaman modal seperti i-Finance membantu petani membeli pupuk non-subsidi secara kredit dengan bunga 0%.

Pupuk Indonesia Tanggap Menangani Kebocoran Subsidi, Produktivitas Petani Meroket

Pupuk Indonesia terus menunjukkan dampak nyata dalam sektor pertanian nasional melalui inovasi dan kebijakan afirmatif. Dengan sistem tata kelola yang semakin ketat dan inklusif, perusahaan berhasil mengurangi kebocoran subsidi, meningkatkan produktivitas petani, serta memperluas akses digital bagi para pelaku usaha pertanian.

Sebelum 2020, distribusi pupuk bersubsidi kerap memperburuk kondisi keuangan perusahaan akibat manipulasi data dan penyelewengan.

Dengan penerapan Sistem Tata Kelola Pupuk Bersubsidi Terintegrasi, yang menggabungkan Digital Payment Control System (DPCS) dengan database petani terverifikasi, kebocoran subsidi berhasil ditekan dari 25% pada 2019 menjadi hanya 5% pada 2024. Saat ini, sistem tersebut telah mencakup 8,7 juta petani terdaftar, yang memastikan distribusi pupuk lebih tepat sasaran.

Selain itu, melalui program MAKMUR, Pupuk Indonesia menjadi salah satu pilar keberhasilan para petani dalam meningkatkan hasil panen sebesar 25-30% per musim. Program ini tidak hanya memberikan akses pupuk berkualitas tetapi juga pendampingan intensif kepada petani dalam menerapkan teknik pertanian yang lebih efektif.

Transformasi digital, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, juga dilakukan di sektor distribusi melalui digitalisasi setidaknya 60% kios mitra di Pulau Jawa. Pada 2024, sistem ini telah melayani 15,7 juta transaksi dengan total nilai mencapai Rp12,8 triliun. Langkah ini membuka akses yang lebih luas bagi petani untuk mendapatkan pupuk secara transparan dan efisien.

Kemudahan akses dengan aplikasi REKAN dan iPubers juga memungkinkan petani membeli pupuk secara daring, kemudian melacak pengiriman dan memantau ketersediaan produk dengan notifikasi stok. Tahun lalu, kios pupuk sudah melayani 15,7 juta transaksi dengan nilai Rp12,8 triliun menggunakan aplikasi terkait.

Pupuk Indonesia [Ist]
Pupuk Indonesia [Ist]

Tantangan dan Prospek di Masa Depan

Sebagai salah satu pilar ketahanan pangan nasional, Pupuk Indonesia membuktikan kiprahnya dengan menunjukkan pencapaian luar biasa dalam produksi dan distribusi pupuk. Dengan total produksi mencapai 13 juta ton per tahun.

Hal ini membuat Pupuk Indonesia mampu memastikan ketersediaan pupuk bagi jutaan petani di seluruh Indonesia dengan memenuhi 90% kebutuhan secara nasional. Tidak hanya itu, tahun lalu, distribusi pupuk bersubsidi mencapai 9,2 juta ton, menjangkau 8,7 juta petani, termasuk 1,2 juta petani milenial yang kini semakin aktif dalam sektor pertanian.

Keberhasilan ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produktivitas pertanian, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap efisiensi anggaran negara. Dengan mengandalkan sistem digitalisasi dan pengawasan ketat, Pupuk Indonesia menghemat Rp3,1 triliun per tahun dari pengurangan kebocoran subsidi, membantu negara mengalokasikan dana untuk sektor lain yang juga krusial bagi pembangunan.

Namun demikian, perjalanan Pupuk Indonesia bukan tanpa tantangan. Meski dengan capaian impresif, perusahaan negara ini masih menghadapi tantangan seperti kesenjangan digital di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) dan fluktuasi harga gas alam.

Menghadapi hal ini, Pupuk Indonesia sudah menyiapkan sejumlah langkah, seperti menyiapkan 1.000 kios digital di daerah 3T hingga 2026, pengembangan pupuk nano berbasis IoT dengan target efisiensi 50% dan ekspansi pasar global dengan membuka pabrik baru di Afrika dan Asia Tengah.

Meski begitu, Pupuk Indonesia masih perlu memperkuat sektor UMKM, akses pembiayaan yang lebih luas dan fleksibel menjadi krusial. Alasannya karena selain kredit konvensional, bank dan lembaga keuangan saat ini sudah mulai mengadopsi skema pembiayaan inovatif seperti peer-to-peer lending dan pembiayaan berbasis invoice.

Pendekatan ini memungkinkan pelaku UMKM mendapatkan modal kerja tanpa jaminan fisik yang besar, sehingga lebih inklusif bagi usaha kecil yang masih dalam tahap berkembang. 

Pupuk Indonesia juga sebaiknya mulai menggandeng fintech secara luas untuk mendukung percepatan mempercepat proses verifikasi dan pencairan dana. Dengan sistem pemeringkatan kredit berbasis data, UMKM yang belum memiliki riwayat kredit pun tetap dapat mengakses pembiayaan dengan analisis risiko yang lebih akurat. 

Saran kedua adalah pengembangan ekosistem pertanian terpadu melalui kolaborasi riset dan memaksimalkan penggunaan teknologi terkini.

Pupuk Indonesia bisa memulai dengan mendukung peningkatan kapasitas petani dalam menggunakan teknologi pertanian. Pelatihan praktis memiliki peran cukup penting dalam menjalankan program ini karena menurut penelitian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian pada 2023 lalu menjelaskan bahwa pelatihan praktis menjadi salah satu faktor penting dalam mempersiapkan petani untuk mengadopsi teknologi pertanian.

Langkah selanjutnya yakni kerja sama lintas pihak, mulai dari Pupuk Indonesia sebagai aktor utama, petani, perusahaan teknologi terkait dan institusi pendidikan dengan tujuan menghasilkan inovasi dalam pengembangan pupuk dan distribusinya.

Meski belum sepenuhnya sempurna, digitalisasi dan kolaborasi yang dilaksanakan Pupuk Indonesia terbukti memiliki dampak positif. Tidak sekedar modernisasi sistem, transformasi dan kolaborasi ini menjadi bukti nyata bagaimana BUMN mampu menjadi penggerak ekonomi inklusif. Dari kenaikan laba 85% dalam 3 tahun hingga pemberdayaan petani milenial, langkah strategis ini menegaskan Pupuk Indonesia memiliki peran vital dalam peta ketahanan pangan nasional dan global. Kolaborasi antara teknologi, kebijakan afirmatif, dan semangat inovasi menjadi kunci Pupuk Indonesia dalam menjawab tantangan pertanian di masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI