Genjot Hilirisasi Petrokimia dan Gas Demi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen era Prabowo

Jum'at, 21 Februari 2025 | 20:54 WIB
Genjot Hilirisasi Petrokimia dan Gas  Demi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen era Prabowo
Infografis mengejar mimpi pertumbuhan ekonomi 8 persen di masa Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. (Suara.com/Iqbal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Yang menarik PP Copolymer kemampuan nasional 368.000 Ton namun impornya 381.348 Ton dan yang disuplai dari dalam negeri hanya 53.239 Ton atau utilisasinya hanya 15 persen begitu juga produo PET utilisasinya hanya 41 persen. 

Untuk itu Kemenperin meminta produk produk yang sudah mampu dihasilkan di dalam negeri dan utilisasinya rendah dapat diberlakukan quota impor hanya persetujuan PI dan LS saja tanpa pertimbangan teknis minimal 40 persen bisa menambah utilisasi saat ini. 

"Disinilah pentingnya instrumen kebijakan integratif dari Kementerian terkait untuk mendorong kemampuan produksi nasional sekaligus memberikan confidence bagi investor yang sudah membangun fasilitas produksinya di Indonesia," katanya.

Sementara itu peluang investasi di sektor ini sangat besar, misalnya Metanol kebutuhan nasional sebanyak 1,6 juta ton yang mampu di produksi hanya 721.424 Ton. Hal ini yang perlu di arahkan investasi baru dalam pohon industri yang telah dibuat oleh Kemenperin, termasuk pohon industri dari minyak bumi, gas dan batubara didalamnya. "Kami sudah membuat turunan produk dan nilai tambahnya beserta supplai dan demand di dalam negeri," imbuh Taufiek.

Disisi lain dalam mendukung swasembada pangan, dukungan Kemenperin terhadap industri pupuk sangat kuat. Secara nasional pupuk jenis urea utilisasi industrinya mencapai 8.875 KTA. Secara nasional mampu mensuplai sebanyak 7.897 KTA bahkan kata Taufiek, pupuk urea ini Indonesia mampu melakukan ekspor sebanyak 1.376 KTA dan hanya sedikit yang di impor hanya 75 KTA. 

Begitu juga pupuk jenis NPK dengan kapasitas nasional sebanyak 8.897 KTA mampu menutup semua kebutuhan nasional sebanyak 3.481 KTA. 

Namun demikian, bahan baku seperti Fosfat Alam dan Kalium masih perlu di datangkan dari luar negeri untuk menopang pupuk jenis NPK. 

"Pastinya dunia riset dichalange pengganti unsur ini dengan effisasi yang sama untuk tanaman menjadi upaya ketahanan pupuk terutama bahan baku yang ada di dalam negeri kualitas dan maanfaat yang sejenis," jelas Taufiek

Menurut Taufiek kedepan semua stakeholder univeritas dan pusat penelitian khususnya fokus riset harus sejalan dengan kebutuhan industri, minimal meneliti produk yang ada di pohon industri sehingga dukungan riset dan inovasi di sektor petrokimia menjadi nyata dan pembiayaan tentu akan mengikuti kebutuhan pasar nasional yang besar, secara teknis capable, secara ekonomi feasible dan komersialisasi di industri acceptable. 

Baca Juga: Pandu Sjahrir Makin Santer jadi Bos Danantara, Muliaman D Hadad Disingkirkan?

"Selain itu, tentunya adanya tren dunia ke Biochemical, Bio gas dan kimia berbasis sumber daya alam hayati dan hewani menjadi perhatian kita semua sebagai bangsa Dengan demikian, target nasional dapat tercapai dengan kebijakan semua stakeholder yang berpihak terhadap industri petrokimia," pungkas Dirjen IKFT.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI