Kehabisan Uang Tunai, Perusahaan Kendaraan Listrik Ini Bangkrut

Kamis, 20 Februari 2025 | 14:06 WIB
Kehabisan Uang Tunai, Perusahaan Kendaraan Listrik Ini Bangkrut
Ilustrasi ChatGPT mobil listrik menerjang genangan air di tengah hujan deras [Suara.com/Muhammad Yunus]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perusahaan kendaraan listrik Nikola, telah mengajukan untuk bangkrut. Hal ini dikarenakan lerusahaan akan  kehabisan uang tunai awal tahun ini.

Nikola adalah perusahaan rintisan yang sedang naik daun. Namun,  perusahaan itu  terjerat dalam skandal dan pendirinya dihukum pada tahun 2022 karena menyesatkan investor tentang teknologi perusahaan Arizona tersebut.

Hal ini menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan dalam meningkatkan skala bisnisnya, yang sebagian besar berfokus pada truk EV.

Pada kuartal ketiga, Nikola memproduksi 83 truk tetapi mencatat kerugian bersih hampir 200 juta dollar ASz Perusahaan ini memproduksi 77 truk pada kuartal kedua, dengan kerugian bersih hampir 134 juta dollar AS

Baca Juga: Ekonom: Insentif Kendaraan Listrik Perlu Diperluas, Dorong Transisi Energi

Nikola mengajukan perlindungan di Pengadilan Kepailitan Amerika Serikat untuk Distrik Delaware dan mengatakan pada hari Rabu bahwa perusahaan juga telah mengajukan mosi untuk mendapatkan persetujuan guna melakukan lelang dan penjualan bisnis tersebut.

"Perusahaan memiliki sekitar 47 juta uang tunai di tangan," kata perwakilan Nikola dilansir BBC, Kamis (20/2/2025).

Selain itu Nikola Corp. berencana untuk melanjutkan operasi layanan dan dukungan terbatas untuk kendaraan di jalan raya, termasuk operasi pengisian bahan bakar hingga akhir Maret, tergantung persetujuan pengadilan.

Perusahaan mengatakan bahwa perusahaan perlu mengumpulkan lebih banyak dana untuk mendukung jenis kegiatan tersebut setelah waktu tersebut.

"Seperti perusahaan lain dalam industri kendaraan listrik, kami telah menghadapi berbagai faktor pasar dan ekonomi makro yang telah memengaruhi kemampuan kami untuk beroperasi,” kata CEO Steve Girsky dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Akselerasi Kendaraan Listrik Berpotensi Hemat Subsidi Energi Hingga Rp4,984 Triliun

Lalu, eksekutif  tersebut mengatakan bahwa perusahaan telah melakukan upaya dalam beberapa bulan terakhir untuk mengumpulkan dana dan mengurangi kewajiban serta menjaga kas, tetapi itu belum cukup.

"Dewan telah memutuskan bahwa Bab 11 merupakan jalan terbaik yang memungkinkan untuk maju dalam situasi ini," kata Girsksy.

Sebagai informasi, Nikola awalnya berfokus pada produksi truk semi-listrik berbasis baterai, sebelum beralih ke truk berbahan bakar hidrogen.

Meskipun,  meningkatkan produksi pada 2024, perusahaan masih mengalami kerugian besar pada setiap kendaraan yang dijual, karena operator armada masih ragu untuk berinvestasi dalam adopsi truk listrik di tengah biaya pinjaman yang tinggi.

Perusahaan mengonfirmasi bahwa mereka akan terus memberikan dukungan operasional bagi kendaraan yang sudah ada di lapangan serta mempertahankan beberapa fasilitas pengisian hidrogen hingga akhir Maret.

Tentunya, kebangkrutan ini memperlihatkan bahwa ambisi besar Nikola untuk mendominasi pasar truk listrik tidak cukup untuk mengatasi tantangan keuangan dan persaingan ketat.

Selain masalah pribadinya, Nikola juga harus berjuang dengan lingkungan yang lebih berbahaya bagi pembuat kendaraan listrik karena penjualan melambat. Presiden Donald Trump telah berjanji untuk menghapus apa yang secara keliru disebutnya sebagai "mandat kendaraan listrik" Presiden Joe Biden.

Saat ini, saham Nikola, yang berkantor pusat di Phoenix, Arizona, turun di bawah 2 dollar AS pqdaakhir tahun lalu dan anjlok 40% lagi pada hari Rabu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI