“Jadi kami melihat ini sebagai transformasi yang menarik. Bagi kami, portofolio merchant kami pada dasarnya berkisar dari segmen korporat hingga UKM. Menurut saya yang mengubah permainan di sini adalah penggunaan dompet elektronik dan QRIS bagi komunitas, untuk segmen tertentu,” ujar Nabilah.
Adapun terkait transformasi digital, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan, transformasi digital Bank Mandiri baru mulai berjalan pada 2021 silam. Keputusan melakukan transformasi digital awalnya dikarenakan disrupsi sistem pembayaran di masa Pandemi Covid-19.
Saat itu, langkah transformasi digital yang dilakukan Bank Mandiri berfokus pada kebutuhan ritel sekaligus wholesale nasabah.
“Kebutuhan ritel ini diwujudkan dalam bentuk Livin’ by Mandiri, sedangkan wholesale dalam wujud Kopra’,” kata Darmawan Junaidi dalam sesi yang sama.
Livin’ sama seperti layanan perbankan digital atau mobile banking lainnya yang berfungsi untuk memudahkan transaksi keuangan nasabah dengan cepat dan mudah. Sementara itu, Kopra diluncurkan demi kemudahan nasabah wholesale dalam mengelola transaksi secara efisien.
Keberadaan dua platform itu, kata Darmawan, membantu layanan Bank Mandiri menjangkau masyarakat di seluruh Indonesia, terutama di kawasan perkotaan. Hal itu akan ditunjang dengan layanan dari jaringan Starlink yang saat ini telah digunakan oleh Bank Mandiri.
“Sasaran utamanya yaitu nasabah Bank Mandiri terlebih dulu, baru menyusul komunitas lainnya,” kata Darmawan.
IDE Katadata 2025 merupakan forum diskusi yang mengangkat berbagai topik seperti pangan, industri, digital, keuangan dan energi. Masing-masing sesi menghadirkan pembicara ahli dan digawangi oleh moderator berpengalaman.
Sejak diadakan pada 2019, forum ini berhasil menghadirkan pembicara berkualitas dari kalangan pejabat publik, pemimpin bisnis serta tokoh dan pembicara internasional.
Baca Juga: Telkom Gelar B2B Camp Summit Day, Siap Kuasai Pasar B2B