Suara.com - Pemerintah Indonesia berencana impor gula kristal mentah (GKM) mencapai 200 ribu ton dalam waktu dekat. Namun demikian, Badan Pangan Nasional (Bapanas) meminta petani tidak perlu khawatir dan berjanji pemerintah akan tetap menyerap hasil panen tebu dari petani dalam negeri, serta menjamin harga gula petani tidak akan turun meskipun ada rencana impor.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, usai mengikuti Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) bersama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan berbagai pemangku kepentingan di Jakarta pada Senin.
Arief menjelaskan bahwa pemerintah telah menetapkan harga acuan penjualan (HAP) gula di tingkat petani sebesar Rp14.500 per kilogram, sedangkan harga di pabrik gula mencapai Rp15.700 per kilogram.
"Kita harus memastikan harga gula di tingkat petani tetap di angka Rp14.500 per kilogram. Yang terpenting, harga gula dan tebu petani tidak boleh turun karena kita sudah sepakat pada harga tersebut," tegas Arief, dikutip dari Antara pada Selasa (18/2/2025).
Baca Juga: Bapanas Usulkan HET MinyaKita Wilayah Timur Naik
Impor GKM, menurut Arief, merupakan bagian dari upaya penguatan cadangan pangan pemerintah (CPP) untuk mengantisipasi fluktuasi harga gula konsumsi, terutama menjelang bulan Puasa dan Lebaran 2025. Selain impor GKM yang nantinya akan diolah menjadi gula konsumsi, pemerintah juga akan menyerap hasil panen tebu dalam negeri yang diproyeksikan terjadi pada April hingga Mei. "Kedua langkah ini akan berjalan bersamaan. Panen tebu akan tetap diserap pada April dan Mei," ujar Arief.
Arief menambahkan bahwa rencana impor 200 ribu ton GKM tidak akan mencukupi kebutuhan dalam negeri selama tiga minggu, mengingat konsumsi gula di Indonesia mencapai 250 ribu ton per bulan. "200 ribu ton itu tidak akan cukup untuk tiga minggu karena kebutuhan kita mencapai 250 ribu ton per bulan," jelasnya.
Proses impor GKM akan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pangan, seperti ID FOOD, Perum Bulog, atau PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Namun, Arief belum dapat memastikan kapan impor akan dilakukan atau negara asal yang akan dituju.
"Proses ini membutuhkan waktu. Setelah risalah selesai, kami akan meminta BUMN terkait untuk melakukan bidding berdasarkan penugasan dari Menteri BUMN. Bapanas akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, termasuk Kemenko Pangan, untuk mempersiapkan ini," paparnya.
Arief juga mengungkapkan bahwa stok gula saat ini perlu dikeluarkan dari gudang karena adanya kenaikan harga di beberapa daerah. Setelah stok dikeluarkan, gudang akan kembali terisi dengan gula dari hasil panen dalam negeri. "Stok gula yang ada sekarang harus dikeluarkan karena harga gula sedang naik. Setelah itu, stok baru akan masuk, salah satunya dari hasil panen tebu pada April dan Mei," kata Arief.
Baca Juga: Harga Bawang Merah & Cabai Rawit Melonjak, Cek Harga Pangan Terbaru Hari Ini!
Saat ini, stok gula nasional mencapai sekitar 4,5 juta ton, yang diperkirakan akan mencukupi kebutuhan selama lima bulan ke depan hingga masa panen tebu.
"Stok kita saat ini sekitar 4,5 juta ton, yang akan mencukupi kebutuhan hingga lima bulan ke depan, sampai masa panen tebu tiba. Saat ini, panen tebu belum dimulai," pungkas Arief.