Institusi pendidikan dan startup lokal, mulai mengeksplorasi potensi AI untuk menyederhanakan proses kerja mereka, termasuk di bidang riset. Namun, memang tantangan terbesar masih ada pada kesiapan SDM dan infrastruktur yang mendukung implementasi AI secara luas.
“Jika kita bicara adopsi AI, itu bukan hanya soal industri, tetapi juga pemerintah, akademisi, dan komunitas. Keempat pilar ini harus berjalan beriringan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan AI,” tutur dia.
Di tempat yang sama, Solution Consultant AI Google Indonesia, Dodi Priambodo, menjelaskan, pihaknya tidak hanya ingin menciptakan teknologi AI yang canggih, tetapi juga AI yang benar-benar bisa dipakai dan berdampak. Google Gemini memberikan solusi yang bisa diakses luas, dari perusahaan rintisan hingga institusi pendidikan.
“Saat ini, banyak orang melihat AI sebagai sesuatu yang rumit dan mahal. Padahal, AI bisa sangat praktis dan aplikatif. Misalnya, AI kini bisa membantu mengoptimalkan pencarian data riset, mempercepat analisis prediktif, bahkan menyusun laporan dengan akurasi tinggi. Kami ingin AI tidak hanya dimiliki oleh raksasa teknologi, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh peneliti dan mahasiswa untuk menciptakan perubahan nyata,” ungkap Dodi.
Direktur AI Intelligent Center Indonesia, Baiq Hanna Susanti, menekankan pentingnya AI dalam dunia riset dan pendidikan. Saat ini, pemanfaatan AI di universitas tidak hanya terbatas pada mahasiswa, tetapi juga para pengajar dan tenaga administrasi.
“AI juga memainkan peran besar dalam membantu dosen melakukan riset dengan lebih cepat dan akurat, mulai dari pencarian literatur hingga analisis data. Kami berharap adopsi AI di dunia akademik akan semakin luas, sehingga perguruan tinggi di Indonesia dapat bersaing di kancah global dalam bidang penelitian dan pendidikan,” pungkas Baiq.