Selain itu, keterbatasan tenaga pengawas K3 yang berpengalaman juga menjadi kendala. Tidak semua perusahaan memiliki tim khusus yang bisa secara aktif memastikan setiap prosedur keselamatan dijalankan dengan benar.
Tantangan lainnya adalah kurangnya integrasi antara tenaga pengamanan dan teknologi pemantauan. Banyak perusahaan masih mengandalkan metode manual dalam mengawasi kepatuhan K3, padahal teknologi seperti video surveillance, sensor deteksi bahaya, dan sistem keamanan berbasis AI dapat membantu mengidentifikasi pelanggaran K3 secara lebih efektif.
Tanpa sistem keamanan yang terpadu, insiden yang seharusnya bisa dicegah justru berujung pada kecelakaan yang merugikan perusahaan maupun karyawan. Mengatasi tantangan ini membutuhkan pendekatan yang lebih modern dan komprehensif.
Solusi keamanan terpadu yang menggabungkan tenaga profesional dan teknologi canggih menjadi kunci untuk memastikan implementasi K3 yang optimal.
Bayangkan jika kecelakaan kerja bisa dicegah sebelum terjadi dengan sistem yang memantau aktivitas secara real-time, mendeteksi potensi bahaya, dan mengambil tindakan pencegahan.
“Dengan Nawakara ISS, perusahaan tidak hanya meningkatkan keamanan tetapi juga berinvestasi dalam keselamatan jangka panjang, efisiensi operasional, dan keberlanjutan bisnis. Karena dalam dunia industri yang terus berkembang, keselamatan bukanlah pilihan, tetapi sebuah keharusan,” ungkap Nurhadi.
Dalam dunia kerja yang penuh dengan risiko operasional, penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bukan hanya sekadar kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga langkah strategis untuk melindungi karyawan dan menjaga produktivitas bisnis.
Keselamatan di tempat kerja adalah tanggung jawab bersama. Dengan pendekatan yang tepat, setiap perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, produktif, dan bebas dari risiko kecelakaan.
Baca Juga: Jamin Keselamatan Pekerja, PP Presisi Catatkan Nol Kecelakaan Kerja