Suara.com - Perekonomian DKI Jakarta menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Jakarta mencapai 5,01% (year-on-year/yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,93% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar mengatakan secara kumulatif, ekonomi Jakarta pada tahun 2024 tumbuh sebesar 4,90% (cumulative-to-cumulative/ctc). Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada tahun 2023 yang sebesar 4,96% (ctc), dan sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,03% (ctc).
Meskipun menunjukkan pertumbuhan yang positif pada triwulan IV 2024, ekonomi Jakarta masih menghadapi berbagai tantangan, seperti inflasi dan ketidakpastian ekonomi global. Namun, dengan dukungan dari berbagai sektor dan kebijakan yang tepat, prospek ekonomi Jakarta pada tahun 2025 diperkirakan akan tetap positif.
"BPS mencatat bahwa perekonomian Jakarta masih didominasi oleh sektor jasa, diikuti oleh sektor perdagangan dan industri. Pertumbuhan ekonomi Jakarta diharapkan dapat terus memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional," kata Arlyana dikutip Kamis (6/2/2025).
Baca Juga: Persija Perkuat Benteng Pertahanan, Hindari Kebobolan dengan Cara Mudah
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi sebesar 5,14% (year-on-year/yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,26% (yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru), serta berbagai acara dan kegiatan Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) yang berlangsung pada akhir tahun.
Investasi juga mengalami pertumbuhan yang kuat, mencapai 7,54% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,27% (yoy). Peningkatan ini terutama didorong oleh investasi bangunan sejalan dengan berlanjutnya berbagai proyek strategis pemerintah dan swasta yang bersifat multi-tahun.
Sektor ekspor juga mencatatkan kinerja yang positif dengan pertumbuhan sebesar 14,66% (yoy), naik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 13,40% (yoy). Peningkatan ini didorong oleh terus membaiknya ekspor produk otomotif, serta peningkatan ekspor komoditas lainnya seperti pakaian dan aksesorisnya, produk kimia, serta logam mulia dan perhiasan/permata.
Sementara itu, Konsumsi Pemerintah tumbuh melambat menjadi 5,20% (yoy), dari triwulan sebelumnya (11,85%; yoy). Perlambatan terutama bersumber dari front-loading pada awal tahun, utamanya terkait belanja Pemilu. Konsumsi LNPRT juga tumbuh melambat menjadi 6,84% (yoy), dari triwulan sebelumnya (11,99%; yoy). Perlambatan sejalan dengan berakhirnya periode kampanye Pilkada pada pertengahan triwulan IV 2024.
Dari sisi Lapangan Usaha, pertumbuhan terutama ditopang oleh LU Perdagangan yang tumbuh tinggi 7,26% (yoy), meski sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya (7,96% yoy), didukung oleh tingginya aktivitas masyarakat saat HBKN Nataru. LU Konstruksi juga menjadi penopang dengan pertumbuhan sebesar 9,39% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (5,65%; yoy).
Baca Juga: Bukalapak Terancam Pailit Akibat PKPU Rp 107 Miliar, Singgung Dana IPO
Hal ini sejalan dengan Investasi yang juga tumbuh tinggi. LU Infokom tumbuh 4,36% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (4,27%; yoy), didorong oleh tingginya penggunaan data dan internet saat HBKN Nataru. Selanjutnya, LU Industri Pengolahan mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,35% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (1,33%; yoy), terutama didorong oleh perbaikan ekspor otomotif serta pemenuhan permintaan dalam negeri untuk HBKN Nataru. Sementara itu, LU Jasa Keuangan tumbuh lebih rendah menjadi sebesar 2,60% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 6,09% (yoy), sejalan dengan melambatnya penyaluran kredit.
"Ke depan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor perkembangan berbagai indikator perekonomian baik di tingkat daerah, nasional, maupun global. Selain itu, sinergi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta di berbagai sektor guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan, serta mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global yang berdaya saing," pungkas Arlyana.