Namun, ia tetap bertahan. Dari riset yang ia lakukan, Nungki menyadari bahwa belum banyak toko yang menawarkan batik kontemporer di Yogyakarta dan sekitarnya. Hal inilah yang menjadi pendorongnya untuk terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya.
Sosok yang Lahir pada 27 Juli 1989 itu terus berinovasi agar produknya semakin diminati pasar. Bermodalkan uang Rp500 ribu, ia memulai usahanya dari nol dengan membuka workshop sederhana di rumahnya yang berlokasi di Selokraman, Kotagede, Kota Yogyakarta.
Ia memulai dengan eksperimen menggunakan perlengkapan batik sederhana yang ia beli, mencoba untuk bereksperimen menciptakan desain yang unik. Memadukan motif Jawa kuno dengan sentuhan abstrak modern yang lebih segar.
Tak hanya itu, ia juga mengadopsi teknik celup dan colet dalam proses pewarnaan batik. Teknik celup dikenal dengan daya serap yang kuat, sehingga menghasilkan warna yang lebih pekat dan tahan lama. Sementara itu, teknik colet diterapkan untuk menciptakan gradasi warna yang indah, terutama dalam motif abstrak dan kontemporer yang menjadi ciri khas batiknya.
![Proses pembuatan batik di Creative Batik Kontemporer [Suara.com/Nurhadi]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/24/75435-creative-batik-kontemporer.jpg)
Eksperimen ini ternyata membuahkan hasil. Karya batik Nungki mendapatkan apresiasi positif dari pasar dan berhasil menarik perhatian konsumen.
Terus belajar bersama pengembangan produk miliknya, Nungki yang sudah cukup memahami kebutuhan pelanggan semakin percaya diri untuk memproduksi batik sendiri. Langkah awal ini menjadi pondasi penting bagi UMKM batiknya dalam menghadapi tantangan industri dan dinamika pasar. Melalui inovasi dan modernisasi, ia berhasil mempertahankan batik sebagai produk budaya yang tidak hanya bernilai seni tinggi, tetapi juga memiliki daya saing secara ekonomi.
Awal Tahun 2012 melangkah, Nungki resmi memulai bisnis batiknya secara mandiri. Ia memastikan setiap proses produksi berjalan dengan teliti, mulai dari pemilihan kain hingga pemakaian pewarna alami yang aman bagi lingkungan.
Sambil terus mengembangkan usahanya, Nungki aktif memperkenalkan produk-produknya ke khalayak luas dengan mengikuti berbagai event, mulai dari yang diselenggarakan oleh pemerintah hingga BUMN. Keaktifannya dalam berbagai kegiatan ini membawanya bertemu dengan Program Bank Mandiri, yang fokus pada pemberdayaan UMKM agar mampu berkembang dan berdaya saing di pasar, yaitu Wirausaha Muda Mandiri (WMM).
Dari berbagai agenda yang ia ikuti, ada puluhan hingga ratusan juta dana hibah yang membantu usahanya semakin berkembang.
Baca Juga: Rayakan Natal, Bank Mandiri Bagikan Lebih dari 2.000 Paket keSeluruh Indonesia
"Lucunya, saat saya ikut program Wirausaha Muda Mandiri, saya malah nggak menang. Tapi justru dengan ikut WMM membuat pola pikir saya berubah," ungkap Nungki sambil mengenang masa-masa perjuangannya. Kegagalan itu ternyata menjadi titik balik yang mendorongnya untuk terus berbenah dan berinovasi. Kini, ia telah menjadi sosok yang langganan memenangkan berbagai kompetisi UMKM di tingkat nasional.