Suara.com - Presiden Donald Trump tidak berhenti mencuri perhatian, salah satunya ketika pada pidato pelantikan dirinya mengklaim bahwa China mengoperasikan Terusan Panama.
"China mengelola Terusan Panama dan kami tidak memberikannya kepada China. Kami memberikannya kepada Panama, dan kami akan mengambilnya kembali," ujar dia, dikutip via BBC.
Terusan Panama atau Canal Panama, yang membentang sejauh 82 km, merupakan jalur vital yang menghubungkan Samudera Atlantik dan Pasifik, dan digunakan oleh sekitar 14.000 kapal setiap tahun sebagai jalur pintas yang sebelumnya memerlukan perjalanan panjang mengelilingi ujung selatan Amerika Selatan.
Pernyataan Trump mengenai Panama bukanlah yang pertama kali. Pada Hari Natal, ia menyebut di media sosial bahwa "tentara China yang luar biasa" secara "cinta namun ilegal" mengoperasikan terusan tersebut.
Baca Juga: Trump Pimpin AS Keluar dari WHO, Dokter Tifa Tunggu Keberanian Prabowo Lawan Oligarki
Klaim ini segera dibantah oleh pejabat di Panama dan Beijing. Presiden Panama, José Raúl Mulino, menanggapi pernyataan tersebut dengan menyebutnya "omong kosong" dan menegaskan bahwa tidak ada campur tangan China dalam pengelolaan terusan.
Trump juga mengancam akan mengambil kembali terusan tersebut dengan kekuatan, merujuk pada biaya tinggi yang diduga dikenakan kepada kapal-kapal AS untuk melintasi terusan.
Namun, pernyataan ini juga ditolak oleh otoritas Panama. Setelah pidato pelantikan Trump, Mulino kembali menekankan bahwa tidak ada negara lain yang mengganggu pengelolaan Terusan Panama.
Terusan ini, yang menangani sekitar 5% dari total volume perdagangan maritim global, dikelola oleh Otoritas Terusan Panama, sebuah badan pemerintah Panama, bukan oleh militer China. Meskipun klaim Trump tidak akurat, hal ini mencerminkan kekhawatiran beberapa pejabat AS mengenai investasi signifikan China di terusan dan infrastruktur sekitarnya.
Secara historis, AS memainkan peran penting dalam pembangunan dan pengelolaan terusan ini. Setelah upaya gagal oleh Prancis untuk membangunnya, AS mendapatkan hak untuk melanjutkan proyek tersebut dan menyelesaikannya pada tahun 1914.
Terusan ini tetap berada di bawah kendali AS hingga tahun 1977 ketika Presiden Jimmy Carter menandatangani perjanjian untuk secara bertahap menyerahkannya kepada Panama. Sejak tahun 1999, Otoritas Terusan Panama telah memiliki kontrol eksklusif atas operasi jalur air ini.
Meskipun tidak ada bukti publik yang menunjukkan bahwa pemerintah China mengendalikan terusan tersebut, perusahaan-perusahaan China memiliki kehadiran signifikan di sana. Dari Oktober 2023 hingga September 2024, China menyumbang 21,4% dari volume kargo yang melintasi Terusan Panama, menjadikannya pengguna terbesar kedua setelah AS. Dalam beberapa tahun terakhir, China juga telah berinvestasi besar-besaran di pelabuhan dan terminal dekat terusan.
Dua dari lima pelabuhan di dekat terusan—Balboa dan Cristóbal—dikelola oleh anak perusahaan Hutchison Port Holdings sejak tahun 1997. Meskipun perusahaan ini bukan milik negara China, ada kekhawatiran di Washington tentang seberapa banyak kontrol yang dapat dimiliki Beijing atas perusahaan tersebut.
Panama memiliki lokasi strategis yang membuat China berusaha meningkatkan pengaruhnya di negara tersebut selama bertahun-tahun. Pada tahun 2017, Panama memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan dan menjalin hubungan resmi dengan China—sebuah langkah besar bagi diplomasi China.
Beberapa bulan kemudian, Panama menjadi negara pertama di Amerika Latin yang bergabung dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan China.
Dengan latar belakang ini, pernyataan Trump mengenai Terusan Panama mencerminkan ketegangan geopolitik antara AS dan China serta kekhawatiran tentang pengaruh ekonomi Beijing di kawasan tersebut.