Suara.com - Bank Indonesia (BI)mengungkapkan temuan uang palsu menunjukkan tren yang semakin menurun. Hal ini seiring dengan meningkatnya kualitas uang yang susah untuk ditiru atau dipalsukan.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Marlison Hakim mengatakan, pihaknya terus meningkatkan kualitas uang baik dari segi bahan, teknologi cetak, dan unsur pengaman yang semakin modern dan terkini.
"BI terus digalakkannya edukasi cara mengenal ciri keaslian uang Rupiah secara masif dan sinergi erat seluruh unsur Botasupal," ujarnya dalam siaran pers yang diterima, Selasa (31/12/2024).
Marlison memaparkan, sepanjang tahun 2024 rasio uang palsu tercatat sebesar 4 ppm (piece per million atau 4 lembar dalam setiap 1 juta uang yang beredar).
Baca Juga: BI Tegaskan Tak Terbitkan Dokumen Sertifikat Deposito Terkait Pencetakan Uang Palsu
Jumlah Ini terus menurun dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2022 dan 2023 tercatat 5 ppm, 2021 tercatat 7 ppm, dan 2020 tercatat 9 ppm.
"Uang palsu bukan merupakan uang Rupiah yang dapat ditransaksikan dan tidak memiliki nilai," jelas dia.
Selain itu, sehubungan dengan pengungkapan kasus uang palsu di Gowa, Sulawesi Selatan, berdasarkan penelitian BI atas sampel barang bukti, teridentifikasi bahwa barang bukti tersebut merupakan uang palsu dengan kualitas yang sangat rendah.
" Ini sangat mudah diidentifikasi dengan kasat mata melalui metode 3D (dilihat, diraba, diterawang)," beber dia.
Marlison menyebut, uang palsu yang beredadar di Gowo tidak ada unsur pengaman uang yang berhasil dipalsukan. Seperti benang pengaman, watermark, electrotype, dan gambar UV hanya dicetak biasa menggunakan sablon, serta kertas yang digunakan merupakan kertas biasa.
Baca Juga: Anggota DPR Satori yang Diduga Terlibat Korupsi CSR BI Punya Peran Penting di Lembaga Zakat
"Uang palsu yang ditemukan berpendar di bawah lampu U berkualitas sangat rendah pendaran yang berbeda baik dari segi lokasi, warna, dan bentuk dengan uang Rupiah asli," pungkas dia.