Suara.com - Maysaa Sabrine ditunjuk sebagai Gubernur Bank Sentral Suriah yang sebelumnya menjabat sebagai wakil. Tentunya, dia menjadi salah satu wanita pertama yang menjabat Gubernur Bank Sentral Suriah setelah lebih dari 70 tahun sejarahnya.
Dilansir Arabnews, Selasa (31/12/2024), Sabrine menggantikan Mohammed Issam Hazime yang diangkat menjadi gubernur pada tahun 2021 oleh Presiden Bashar Assad saat itu.
Pengangkatan ini terjadi pada saat yang kritis bagi Suriah karena negara tersebut berupaya menstabilkan ekonominya dan pulih dari konflik dan tantangan ekonomi selama bertahun-tahun.
Sejak pengambil alihan tersebut, bank telah mengambil langkah-langkah untuk meliberalisasi ekonomi yang sangat dikendalikan oleh negara. Termasuk, dengan membatalkan perlunya pra-persetujuan untuk impor dan ekspor serta kontrol ketat terhadap penggunaan mata uang asing.
Baca Juga: OJK Terbitkan 3 Aturan Bank dan BPR Biar Cegah Bangkrut
Namun, Suriah dan bank itu sendiri masih berada di bawah sanksi AS yang ketat. Bank tersebut juga telah mencatat aset-aset negara tersebut setelah jatuhnya Assad dan serangkaian penjarahan singkat yang mengakibatkan mata uang Suriah dicuri.
Apalagi, Kantar Bank Sentral Suriah menyimpan hampir 26 ton emas. Ini merupakan umlah yang sama dengan yang dimilikinya pada awal perang saudara pada tahun 2011.
Namun, cadangan mata uang asing telah menyusut dari sekitar 18 miliar dollar AS sebelum perang menjadi sekitar 200 juta dollar AS.
Untuk itu, pengalaman Sabrine yang luas di bank sentral diharapkan dapat memberikan kesinambungan dan keahlian karena sistem keuangan Suriah menghadapi reformasi di bawah pemerintahan baru.
Baca Juga: Keuangan PSSI Era Erick Thohir vs Ketua PSSI Sebelumnya, Dana FIFA dan AFC Disorot