Suara.com - Starbucks telah menutup 59 gerai hingga hari ini. Hal ini dikarenakan imbas mogok kerja yang dilakukan karyawan perusahaan tersebut.
Mogok kerja, yang dimulai pada Jumat kemarin dilakukan di wilayah Los Angeles Chicago, dan kota asal Starbucks di Seattle.
Serta terbaru mogok kerja di Boston, Dallas, dan Portland, Oregon. Pekerja di New York, Denver, Pittsburgh, dan kota-kota lain juga telah bergabung dalam aksi mogok kerja selama akhir pekan.
Para pekerja memprotes kurangnya kemajuan dalam negosiasi kontrak dengan perusahaan. Starbucks Workers United, yang memulai upaya pembentukan serikat pekerja pada tahun 2021, mengatakan Starbucks telah gagal menghormati komitmen yang dibuat pada bulan Februari untuk mencapai kesepakatan kerja tahun ini.
Baca Juga: Tidak Ada Kenaikan Gaji, Pekerja Starbucks Mogok Kerja
"Serikat pekerja juga ingin perusahaan menyelesaikan masalah hukum yang belum terselesaikan, termasuk ratusan tuntutan praktik ketenagakerjaan yang tidak adil yang telah diajukan pekerja kepada National Labor Relations Board," ujarnya seperti dikutip Japan Today, Selasa (24/12/2025).
Sejak tahun 2021, barista di 535 gerai Starbucks milik perusahaan di AS telah memilih untuk bergabung dengan serikat pekerja.
Sementara, perusahaan mengatakan mogok itu tidak berdampak signifikan" pada operasi gerainya. Starbucks memiliki sekitar 10.000 gerai yang dikelola perusahaan di AS.
" Kami menghormati hak mitra kami untuk terlibat dalam aksi mogok yang sah, dan kami menghargai ribuan mitra di seluruh negeri yang terus saling mendukung dan menghadirkan pengalaman Starbucks bagi pelanggan kami," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Kedua belah pihak telah berunding sejak musim semi tetapi tampaknya telah mencapai jalan buntu terkait masalah ekonomi. Starbucks mengatakan telah berkomitmen untuk memberikan kenaikan gaji tahunan sebesar 1,5% atau lebih bagi pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja.
Baca Juga: Ada Kebijakan Rokok Baru, Emak-emak Pekerja Industri Tembakau Terancam Jadi Pengangguran
Selain itu, Starbucks mengklaim bahwa para barista di AS memperoleh gaji rata-rata 18 dollar AS per jam. Dengan berbagai tunjangan termasuk perawatan kesehatan, biaya kuliah gratis, dan cuti keluarga berbayar — paket gaji Starbucks bernilai rata-rata 30 dollar AS per jam bagi barista yang bekerja sedikitnya 20 jam per minggu, kata perusahaan itu.
Namun, para pekerja mengatakan bahwa mereka layak mendapatkan lebih, dan mencatat bahwa Ketua dan CEO baru Starbucks Brian Niccol, yang mulai bekerja pada bulan September, dapat menghasilkan lebih dari 100 juta dollar AS pada tahun pertamanya bekerja.