Rupiah Jeblok Tembus Rp16.300, Bayang-bayang Krisis 1998?

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 20 Desember 2024 | 19:14 WIB
Rupiah Jeblok Tembus Rp16.300, Bayang-bayang Krisis 1998?
Ilustrasi [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pekan ini menjadi salah satu dari daftar rekor terburuk kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Pantauan Kamis (19/12/2024) lalu, rupiah ditutup melemah 215 poin ke level Rp16.312. Jumat (20/12/2024) hari ini rupiah naik 5,5 poin menjadi Rp16.307.

Melemahnya rupiah di angka Rp16.000 per dolar Amerika pernah terjadi pada masa pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Pada 23 Maret 2020 atau awal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menunjukan pelemahan.

Terpantau, kurs jual dolar Amerika Serikat menunjukkan angka Rp16.608. Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR menempatkan dolar AS di posisi Rp16.608.

Namun, rekor terparah kurs rupiah sepanjang sejarah terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, tepatnya 17 Juni 1998. Saat krisis moneter dan lengsernya orde baru itu, rupiah tembus Rp16.800. Dampak dari krisis moneter adalah banyaknya perusahaan yang bangkrut. Tidak hanya sampai di situ, harga bahan pokok naik dan terjadi demo besar-besaran. 

Baca Juga: Rupiah Selasa Pagi Tertekan Peluang Pemangkasan Suku Bunga Acuan AS

Nilai rupiah yang tergelincir juga terjadi pada Oktober 2024. Mata uang garuda pada Senin (7/10/2024) ditutup menurun 202 poin seiring berkurangnya ekspektasi investor terhadap pemotongan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Fed Funds Rate (FFR).

Pada akhir perdagangan Senin hari tersebut, rupiah tergelincir 202 poin atau 1,30 persen menjadi Rp15.687 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.485 per dolar AS. "Pengetatan pasar tenaga kerja ini kemudian menurunkan ekspektasi investor terhadap pemotongan FFR dari 75 basis poin menjadi 50 basis poin untuk sisa tahun 2024," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede seperti dikutip Antara.

Ada banyak faktor yang menyebabkan turunnya nilai tukar rupiah. Empat di antaranya dijelaskan sebagai berikut.

1. Turunnya Supply Dolar Amerika Serikat

Dikutip dari Big Alpha, nilai tukar rupiah turun karena faktor supply yang berkurang. Pengurangan supply terjadi karena investor asing menarik diri dari Indonesia guna mengurangi risiko. 

Baca Juga: Luhut Pusing Donald Trump Jadi Presiden AS

2. Turunnya Harga Komoditas Ekspor

Menurunnya permintaan barang ekspor tentu saja berdampak pada neraca perdagangan. Ekspor sangat penting bagi sebuah negara karena jika ekspor turun, maka rupiah akan semakin melemah. 

3. Tingginya Tingkat Impor

Nilai nilai ekspor berbanding terbalik dengan impor. Semakin rendah nilai impor, maka nilai rupiah akan meningkat. Alasan inilah yang melatarbelakangi masyarakat seharusnya memilih menggunakan produk dalam negeri untuk menguatkan posisi rupiah.

4. Perekonomian Amerika Serikat Yang Menguat

Faktor perekonomian Amerika Serikat yang semakin menguat tentu saja menjadi hal yang berpengaruh besar terhadap nilai tukar rupiah. Terlebih, semenjak Amerika Serikat memberlakukan kebijakan ekonomi tapering off sebagai langkah pengurangan quantitative easing atau meningkatkan suku bunga negara sehingga suplai dolar berkurang. 

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI