Ia juga menyoroti ketimpangan penerapan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sebesar USD 6 per MMBTU yang belum merata.
"Harusnya semuanya kami udah dapat rekomendasi dari perindustrian tapi di ESDM tidak dieksekusi. Ada ratusan perusahaan yang sudah direkomendasikan tapi tidak dapat, meskipun masuk 7 sektor, tapi nggak bisa dieksekusi ESDM," tambahnya.
Menurut Hari, jika industri petrokimia dapat berjalan optimal, maka dampaknya akan dirasakan pada penyerapan tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung melalui rantai pasok.
Menanggapi berbagai persoalan ini, Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Wiwik Pudjiastuti, menyampaikan bahwa pemerintah terus berupaya menciptakan strategi yang kondusif, termasuk melalui pematangan instrumen neraca komoditas untuk memantau produk impor.
"Untuk penguatan struktur industri, yang perlu memang untuk penguatan salah satunya adalah melakukan integrasi industri hulu dan hilir," kata Wiwik.
Berdasarkan data Kemenperin, kapasitas produksi nasional untuk produk olefin mencapai 9,72 juta ton, aromatik 4,61 juta ton, dan metanol serta turunannya sebesar 980.000 ton. Upaya penguatan rantai pasok menjadi tantangan utama yang harus diatasi untuk meningkatkan daya saing industri petrokimia