Pengusaha Industri Pelayaran Curhat Dapat Pajak Ganda dari Pemerintah

Achmad Fauzi Suara.Com
Kamis, 19 Desember 2024 | 08:01 WIB
Pengusaha Industri Pelayaran Curhat Dapat Pajak Ganda dari Pemerintah
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto/ist
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri pelayaran nasional masih menghadapi tantangan dalam perjalanan bisnisnya. Padahal, industri pelayaran masih jadi tulang punggu kelancaran logistk.

Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengungkapkan, tantangan yang selalu dihadapi yaitu pajak yang kini menjadi beban utama para pelaku industri pelayaran.

Dia menyebut, pelaku industri dikenakan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dengan tarif 10 persen bagi angkutan laut yang membeli bahan bakar minyak (BBM). Pengenaan PBBKB tersebut menjadi pajak ganda, karena bahan bakar minyak (BBM) tersebut sudah dikenakan PPN sebesar 11 persen.

"Double tax tersebut sangat membebankan perusahaan pelayaran nasional. Kami berharap pengenaan PBBKB bagi angkutan laut dihapuskan," ujar Carmelita di Jakarta yang dikutip, Kamis (19/12/2024).

Carmelita melanjutkan, angkutan laut memiliki potensi besar untuk dijadikan bagian dari pengoptimalan infrastruktur yang sudah ada sesuai kebijakan pemerintah dalam meningkatkan konektivitas dan pemerataan ekonomi.

Namun, kemampuan galangan dalam negeri sebagai elemen penting dalam ekosistem industri pelayaran masih terbatas untuk tipe, teknologi dan ukuran kapal tertentu.

Karena itu, lanjut Carmelita, perlu adanya dukungan pemerintah dalam memberikan fasilitas insentif pajak maupun suku bunga perbankan terhadap galangan dalam negeri, sehingga dapat lebih kompetitif.

Di sisi lain, Carmelita melanjutkan, galangan kapal harus mendapatkan insentif agar bisa berkembang. Hal ini seperti yang dilakukan di China, di mana pemerintah membantu pembayaran pembangunan kapal dengan skema uang muka 80 persen, sedangkan 20 persen sisanya dibayar oleh pemilik kapal.

Menurutnya, jika subsidi seperti di China tidak memungkinkan, maka dibutuhkan alternatif dukungan lain dengan memberikan insentif pembebasan pajak untuk komponen kapal.

Baca Juga: Agak Laen! Kaltim Justru Turunkan Tarif Pajak Saat Daerah Lain Naik

Kekinian, galangan kapal di Indonesia hanya memiliki pasar yang terbatas, dan lebih banyak untuk jenis kapal tug and barge dan perawatan kapal. Hal ini disebabkan banyaknya komponen yang mesti diimpor dan dikenakan pajak, sehingga butuh delivery time lebih Panjang dan harga kapal yang lebih tinggi sekitar 30 persen dibanding kapal yang sama di luar negeri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI