Indonesia Siap Jadi Pemain Global dalam Kendaraan Listrik dan Panel Surya

Minggu, 15 Desember 2024 | 10:42 WIB
Indonesia Siap Jadi Pemain Global dalam Kendaraan Listrik dan Panel Surya
Smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur. [Foto dok. PT Freeport Indonesia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dengan kekayaan sumber daya nikel dan pasir silika, Indonesia semakin memantapkan perannya dalam industri kendaraan listrik (EV) dan panel surya. Dua komoditas ini menjadi penopang utama transisi global menuju teknologi ramah lingkungan.

Menurut riset TRI Indonesia, cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta ton atau 22,1% dari total global, menjadikannya pemasok utama bahan baku baterai EV dunia. Pada 2020, Indonesia menyumbang 31% produksi nikel dunia dan saat ini menguasai 60-80% pasokan bahan baku baterai global.

"Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga memiliki strategi hilirisasi yang unggul. Nilai tambah dari hilirisasi nikel, terutama dalam produk baterai, bisa mencapai 67 kali lipat. Ini adalah bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan ekosistem industri yang berkelanjutan," ujar Ketua Tim Peneliti TRI Indonesia, Unggul Heriqbaldi dalam keterangan tertulis.

Pria yang akrab disapa Eriq tersebut mengatakan, di sisi lain, potensi pasir silika Indonesia juga tak kalah menjanjikan. Dengan total cadangan mencapai 330 juta ton dan tambahan sumber daya kuarsit sebesar 297 juta ton, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pasokan bahan baku melimpah untuk industri semikonduktor dan photovoltaic (PV) module. Kedua sektor ini krusial untuk mendukung panel surya sebagai salah satu teknologi energi terbarukan.

Baca Juga: Makin Kaya, China Temukan 1000 Ton Emas Senilai Rp 1.272 Triliun

"Hilirisasi pasir silika menjadi wafer silikon adalah langkah strategis untuk mendukung pengembangan PV module dalam negeri. Dengan dukungan teknologi tinggi dan investasi yang kuat, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat industri teknologi tinggi dunia," tambah Eriq yang juga dosen FEB Universitas Airlangga Surabaya.

Riset TRI tersebut juga menyatakan dengan cadangan nikel melimpah, Indonesia telah menarik perhatian produsen kendaraan listrik global. Perusahaan seperti Hyundai dan Wuling telah mendirikan fasilitas produksi di Jawa Barat, dengan kapasitas mencapai 260.000 unit kendaraan per tahun. Selain itu, Indonesia juga menargetkan menjadi salah satu dari lima produsen baterai terbesar dunia, dengan kapasitas produksi mencapai 700 GWh per tahun pada 2045.

"Permintaan baterai global diperkirakan meningkat hingga 7.100 GWh pada 2045, dan Indonesia berpotensi memenuhi lebih dari 10% dari total permintaan ini. Ini adalah pencapaian besar yang mencerminkan visi jangka panjang pemerintah," jelas Eriq.

Sementara itu, pengembangan panel surya juga menjadi fokus utama. Hilirisasi pasir silika yang meliputi produk seperti tepung silika, resin-coated sand, hingga wafer silikon diharapkan dapat mendukung kemandirian Indonesia dalam teknologi photovoltaic. Produk-produk ini tidak hanya penting untuk memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga berpotensi menjadi komoditas ekspor unggulan.

Dukungan pemerintah terhadap hilirisasi nikel dan pasir silika terlihat dari berbagai kebijakan insentif yang mendorong investasi dan transfer teknologi. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan perusahaan swasta juga terus diperkuat untuk memastikan keberlanjutan pengembangan industri ini.

Baca Juga: Peluang Karier! Lowongan Kerja Pertambangan Gaji Tinggi Menanti

"Indonesia memiliki segalanya untuk menjadi pemimpin global dalam kendaraan listrik dan energi terbarukan. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, kita tidak hanya akan meningkatkan nilai ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat," pungkas Eriq.

Dengan langkah progresif ini, Indonesia tidak hanya menjadi raksasa sumber daya alam tetapi juga pilar penting dalam teknologi ramah lingkungan dunia. Hilirisasi nikel dan pasir silika adalah kunci untuk membuka pintu menuju era baru keemasan ekonomi dan teknologi Indonesia.

The Reform Initiatives (TRI) Indonesia bersama konsorsium yang terdiri dari Binus University, The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya Malang, dan FEB Universitas Indonesia telah menyelenggarakan penelitian terkait Hilirisasi di Indonesia dalam berbagai tema kunci.

TRI Indonesia sendiri mengambil tema spesifik "Membangun Harmoni yang Produktif antara Pekerja Asing-Domestik dan Masyarakat Lokal: Tantangan, Kesempatam, dan Kebijakan Investasi Hilirisasi di Indonesia" yang dilaksanakan di Kabupaten Konawe-Sulawesi Tenggara dan Kota Batam - Kepulauan Riau.

Hasil riset tersebut kemudian didesiminasikan oleh TRI Indonesia bekerjasama dengan FEB Universitas Nasional Jakarta pada Rabu (12/12/2024).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI