Suara.com - PT Freeport Indonesia (PTFI) kerap diterpa dua berita bohong atau hoaks yang kemudian menghebohkan warga Papua, terutama yang tinggal di sekitar tambang Freeport.
Adapun dua berita bohong atau hoaks yang beredar yakni adanya kandungan uranium di bawah tambang Freeport dan perubahan warna air laut bibir pantai Papua Selatan yang berubah warna dari jernih menjadi coklat akibat limbah yang berasal dari aktivitas tambang.
Namun, pihak PTFI memastikan secara tegas bahwa informasi tersebut ternyata adalah hoaks atau berita bohong yang beredar di media sosial dan grup-grup percakapan.
Menurut informasi yang tersebar, kandungan uranium yang ditemukan di bawah tambang Freeport diklaim dapat berbahaya bagi kesehatan manusia dan ekosistem setempat.
Baca Juga: Freeport Indonesia Sulap Tailing Jadi Sumber Kehidupan Masyarakat Papua
Bahkan ada klaim bahwa limbah dari tambang Freeport telah menyebabkan kerusakan parah pada lingkungan, khususnya di sepanjang pantai Papua Selatan, yang konon telah berubah warna menjadi coklat akibat pencemaran.
"Itu hoaks, informasi yang menyebutkan ada kandungan uranium di bawah tambang kita itu berita bohong," kata Manager Grasberg PTFI, Sena Indra Wiraguna kepada wartawan, ditulis Rabu (11/12/2024).
Setelah dilakukan pengecekan terhadap klaim-klaim tersebut, ternyata tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan tentang kandungan uranium di bawah tambang Freeport.
Selain itu, klaim bahwa limbah Freeport mengubah warna air laut di pantai Papua Selatan juga tidak terbukti kebenarannya.
Manager Environmental Central System and Project PTFI, Roberth Sarwom menjelaskan bahwa perubahan warna air laut yang sempat terjadi disebabkan oleh fenomena alam dan bukan karena limbah tambang.
Baca Juga: Keberagaman dan Kerukunan Umat Beragama di Tambang Bawah Tanah DMLZ PTFI
"Warna coklat pada air laut seringkali terjadi karena adanya aliran lumpur dari sungai-sungai sekitar yang membawa material organik dan sedimen, terutama pada musim hujan," kata Roberth.
Meskipun begitu, hoaks ini tetap menyebar dengan cepat di kalangan masyarakat. Hoaks ini juga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua tentang pentingnya literasi media dan kewaspadaan terhadap berita yang tidak jelas sumbernya.
Sementara itu, PTFI sendiri menegaskan bahwa perusahaan selalu mematuhi peraturan lingkungan yang ketat dan berusaha untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
Berita hoaks ini mencerminkan bagaimana ketidakpastian dan ketidakjelasan informasi dapat memicu kepanikan di masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa penyebaran informasi tanpa klarifikasi yang cukup dapat merusak reputasi perusahaan, pemerintah, dan menambah ketegangan sosial di masyarakat.
Masyarakat juga diingatkan untuk tidak mudah mempercayai informasi yang beredar di media sosial tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut.
Hoaks yang menyebutkan adanya uranium di bawah tambang Freeport dan pencemaran laut di Papua Selatan adalah contoh bagaimana informasi yang salah dapat meresahkan masyarakat, meskipun tidak ada bukti yang mendukungnya.
Diharapkan dengan adanya edukasi yang lebih intensif, masyarakat bisa lebih kritis dalam menerima berita dan mengurangi dampak negatif dari hoaks semacam ini.
Pada akhirnya, kejadian ini membuka mata banyak pihak tentang pentingnya verifikasi informasi dan transparansi dalam mengelola berita di dunia digital.
Pemerintah dan masyarakat diharapkan bisa bekerja sama untuk membangun sebuah ekosistem informasi yang sehat, di mana kebenaran dan fakta bisa lebih mudah diakses dan dipercaya oleh semua kalangan.