Suara.com - Grup Djarum dikabarkan telah mengakuisisi Bakmi GM dengan nilai transaksi yang cukup besar. Keputusan ini didorong oleh kinerja keuangan Bakmi GM yang dikatakan cukup sangat solid.
Dengan pendapatan rata-rata harian mencapai Rp 1,5 miliar dan Rp 700 miliar per tahun, Bakmi GM memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar. Hal itu diketahui dari jumlah rata-rata pembeli Bakmi GM yang mencapai 30.000 pelanggan di seluruh Indonesia.
Dengan asumsi harga menu Rp30.000 hingga Rp50.000, Bakmi GM bisa meraup Rp900 juta hingga Rp1,5 miliar per hari.
Akuisisi ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi Djarum Grup, tetapi juga membuka peluang untuk ekspansi bisnis kuliner Grup Djarum.
Baca Juga: Produk Tembakau Alternatif Bisa jadi Opsi Beralih dari Rokok
Sebelumnya, konglomerat Grup Djarum, Hartono Bersaudara, dilaporkan telah mengakuisisi Bakmi GM dengan nilai transaksi mencapai Rp2-2,4 triliun.
Akuisisi ini menandai ekspansi bisnis Djarum ke sektor kuliner, khususnya di segmen mie instan. Dengan langkah ini, Djarum semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu konglomerat terbesar di Indonesia.
Dikutip dari Dealstreet Asia, Senin (9/12/2024) Djarum Grup, perusahaan yang dikenal dengan produk rokoknya, telah resmi mengakuisisi 85 persen saham PT Griya Mie Sejati, perusahaan induk dari Bakmi GM.
"Kata sumber yang mengetahui masalah tersebut," tulis Dealstreet Asia dalam laporannya yang berjudul "Djarum Group Said To Be Acquiring Indonesia Noodle Chain Bakmi GM".
Akuisisi Bakmi GM oleh Djarum dengan nilai yang cukup fantastis menunjukkan bahwa sektor kuliner di Indonesia masih sangat menarik bagi para investor. Langkah Djarum ini juga mengindikasikan adanya persaingan yang semakin ketat di industri makanan dan minuman.
Baca Juga: Kemenperin: Kebijakan Soal Rokok Perlu Pertimbangkan Dampak Ekonomi