Suara.com - Media asing The Economist mengkritik lawatan Presiden RI Prabowo Subianto ke luar negeri pasca kemenangannya di kontestasi Pilpres 2024.
The Economist menyebut, Prabowo Subianto sebelumnya mengatakan kepada rakyat Indonesia bahwa negara membutuhkan presiden yang cukup tangguh untuk menghadapi kekuatan asing.
Namun, perjalanan luar negeri pertama Prabowo sebagai presiden membuat banyak orang bertanya-tanya apakah dia sebenarnya merujuk pada orang lain.
Pada 8 November, kurang dari tiga minggu setelah menjabat sebagai presiden, Prabowo terbang untuk memulai tur keliling dunia ke enam negara.
Baca Juga: Senang Upah Minimum 2025 Naik 6,5 Persen, Gebrakan Awal Prabowo Tuai Pujian Buruh
Perjalanan ini menunjukkan seorang pria yang sangat ingin mendapatkan persetujuan dari rekan-rekannya, terlalu percaya diri dengan kemampuannya sendiri, dan kurang mendapat nasihat yang bijaksana dari para penasihat yang masih baru.
Perjalanan ini direncanakan dengan tergesa-gesa, dan jadwalnya tetap tidak jelas hingga tur berlangsung. Prabowo awalnya berharap bisa mampir bertemu dengan Donald Trump beberapa hari setelah kemenangan pemilu Trump.
Dalam sebuah panggilan ucapan selamat yang sangat memuja, yang videonya dipublikasikan di media sosialnya, Prabowo yang tampak agak gugup, menawarkan diri untuk terbang ke "tempat Anda berada" untuk bertemu dengan Trump yang terpilih.
Trump mengabaikan tawaran itu, malah memuji kemampuan bahasa Inggris Prabowo. Prabowo, yang merupakan lulusan pendidikan internasional dan berbicara dalam empat bahasa, dengan bangga menjawab, "Semua pelatihan saya adalah Amerika, Tuan!" merujuk pada kursus yang dia ikuti di pangkalan militer AS pada 1980-an. Pada akhirnya, Prabowo hanya dapat bertemu dengan Presiden Joe Biden dan pejabat pemerintahan yang sedang keluar di Washington.
Namun tidak masalah. Pada pemberhentian pertama Prabowo di Beijing, Xi Jinping menyambut kepala negara baru ini dan rombongan besar pendukung bisnisnya dengan upacara dan kehormatan yang layak untuk garis keturunan kerajaan yang diklaim oleh presiden baru itu.
Baca Juga: Heboh Kabar Prabowo Dihina Media Asing, Gegara Ngemis Bertemu Donald Trump?
Begitu terpesonanya Prabowo sehingga ia setuju dengan rancangan pernyataan bersama China, setelah berkonsultasi sebentar dengan para diplomatnya.
Pernyataan bersama itu mengorbankan posisi Indonesia yang sudah lama dipegang. Untuk pertama kalinya, pernyataan itu mengakui adanya sengketa dengan China terkait klaim atas sumber daya di Laut China Selatan.
Para pemimpin Indonesia sebelumnya selalu menolak langkah ini, karena menganggapnya sebagai pengakuan terhadap klaim China. Lebih buruk lagi, Prabowo setuju untuk mengembangkan bersama perikanan dan gas di wilayah tersebut, yang secara efektif berkomitmen untuk berbagi hasil kekayaan Indonesia.
Pernyataan itu juga mengikat Indonesia pada visi China tentang alternatif untuk tatanan dunia liberal, yang oleh Xi disebut sebagai "komunitas masa depan bersama", serta ketiga inisiatif utama di bawahnya yang mencakup pembangunan, budaya, dan keamanan.
Indonesia yang tidak terikat sebelumnya menghindari tekanan untuk mengikuti ini, menurut Klaus Heinrich Raditio, seorang dosen politik China di Sekolah Filsafat Driyarkara di Jakarta, karena menganggapnya sebagai upaya China untuk mengurangi keterlibatannya dengan Amerika dan sekutunya.
Para diplomat Indonesia sudah mencoba memberi peringatan kepada Prabowo tentang jebakan-jebakan ini, namun keberatan mereka diabaikan begitu saja oleh menteri luar negeri baru Indonesia, seorang mantan ajudan Prabowo yang kurang berpengalaman.
Jarak antara presiden dan lembaga kebijakan luar negeri Indonesia mengenai kesepakatan Laut China Selatan sangat jelas dan besar, sehingga ketika seorang juru bicara Gedung Putih ditanya tentang hal itu, dia tidak mengkritik konsesi tersebut secara langsung. Dia hanya menyarankan agar Indonesia berkonsultasi dengan ahli-ahlinya sendiri.
Kesepakatan tersebut mengungkapkan risiko bagi Prabowo yang bergantung pada lingkaran kecil penasihat lama, yang sebagian besar berasal dari angkatan bersenjata dan keluarganya sendiri. Mereka bukan orang-orang yang akan menentang angan-angannya atau memberi kabar buruk.
Bahkan anggota keluarganya, yang memegang beberapa peran penting, kesulitan untuk berbicara dengan tegas atas nama presiden. Hashim Dojojohadikusumo, saudara laki-laki Prabowo, menemani Prabowo ke Beijing lalu berpisah untuk memimpin delegasi Indonesia ke COP.
Di sana, ia mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada batu bara. Namun, Prabowo malah melewatkan rencana itu di KTT G20 di Rio, di mana dia berjanji untuk berhenti menggunakan batu bara sepenuhnya pada tahun 2040.
Ini akan sulit dilakukan, karena dua pertiga dari listrik negara ini diproduksi oleh pembangkit listrik tenaga batu bara. Sejauh ini, Prabowo belum menjelaskan bagaimana ia berharap bisa mewujudkannya.
Salah satu masalah dengan Prabowo adalah sering kali tidak jelas apakah dia benar-benar serius dengan apa yang dia katakan. Terlalu ingin menyenangkan orang lain, dia cenderung memberi tahu orang apa yang mereka ingin dengar.
Dia bisa saja mengubah pendiriannya, baik soal Laut China Selatan atau soal batu bara. Berurusan dengannya bisa jadi kesempatan untuk menandai suatu posisi yang akan diperjuangkan di kemudian hari, atau untuk membalikkan kemenangan lawan sebelumnya. Prabowo mungkin tidak pandai bernegosiasi keras, tetapi dia sulit untuk dipastikan.