Suara.com - Perusahaan pendeteksi kecurangan atau fraud, White Paper GBG mengeluarkan riset soal banyak masyarakat atau bisnis yang dicuri datanya hingga merugikan dari sisi finansial.
Lebih dari 56 persen bisnis di Indonesia telah menjadi korban dari berbagai bentuk Fraud Digital.
Salah satu tipe yang paling umum adalah Fraud Identitas Sintetis, di mana para pelaku kriminal menggabungkan data asli dan palsu untuk menciptakan identitas baru yang menyebabkan kerugian besar terhadap kredibilitas bisnis dan keamanan data.
"Fraud berkembang cepat dan semakin mengkhawatirkan di Indonesia," ujar Bernardi Susastyo, GM Asia dan Fraud APAC di GBG seperti dikutip Jumat (15/11/2024)
Baca Juga: Perkuat Bisnis, TIKI Ekspansi Buka Cabang Baru di Jawa Timur
Temuan dan riset GBG memberikan analisis mendalam tentang ancaman-ancaman baru ini, serta menawarkan wawasan praktis bagi bisnis untuk memperkuat pertahanan mereka dan mengurangi kerugian akibat Fraud.
Whitepaper GBG, tambah dia, ini juga menekankan pentingnya menyesuaikan strategi deteksi Fraud berdasarkan tren regional, memastikan bahwa bisnis tidak hanya bereaksi terhadap ancaman tetapi juga secara proaktif mencegahnya.
Whitepaper menguraikan teknik Fraud spesifik yang kami lihat di Indonesia dan seluruh Asia, serta memberikan rekomendasi tentang bagaimana bisnis dapat melindungi diri mereka dengan lebih efektif.
"Dengan memanfaatkan teknologi berbasis AI dan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, setiap organisasi bisnis dan perusahaan dapat melindungi data dan reputasi mereka," pungkas dia.
Baca Juga: Bisnis di Bidang Social Enterprise Kini Bisa Miliki Badan Hukum