Suara.com - Daftar pemegang saham PT Bukalapak (BUKA) serta jumlah saham yang tersebar di masyarakat kini di ambang ketidakpastian. Hal ini menyangkut keputusan perusahaan e-commerce tersebut yang baru saja mengumumkan bakal menghentikan operasi beberapa lini usahanya.
Sekretaris Perusahaan Bukalapak Cut Fika Lutfi dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan, rencananya penutupan anak usaha tersebut untuk mendukung pertumbuhan perusahaan dan menjaga keuangan tetap stabil.
"Dalam mengembangkan bisnisnya, perseroan selama ini fokus kepada pertumbuhan yang menguntungkan dan berkelanjutan untuk jangka panjang, serta menciptakan nilai nyata melalui optimalisasi kinerja operasi dan mempertahankan disiplin keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan pertumbuhan," katanya dikutip Selasa (5/11/2024).
Restrukturisasi ini tentunya membawa konsekuensi penutusan hubungan kerja (PHK). Hanya saja, belum diketahui lini bisnis mana yang diwacanakan bakal ditutup oleh Bukalapak.
Baca Juga: Sederet Sumber Kekayaan El Rumi, Termasuk Punya Saham di Brand Baju Mewah?
Saham BUKA sebagian dipegang oleh publik dengan persentase 50,51 persen atau 52.073.324.280 saham. Selanjutnya, pemegang saham BUKA lain adalah PT Kreatif Media Karya sebanyak 24,62 persen atau 25.385.649.537 saham. Kemudian, saham BUKA juga dipegang oleh investor asal Hong Kong, Citibank Hong Kong, dengan jumlah 13.448.351.573 saham atau 13,04 persen.
Menurut Fika, sejak melakukan penawaran saham umum perdana atau IPO pada tahun 2021, perseroan telah melakukan investasi dalam mengembangkan bisnisnya secara organik dan melalui sejumlah pengambilalihan dalam rangka memasuki pangsa pasar baru. "Namun sejak perseroan melakukan IPO, pasar di mana perseroan beroperasi telah mengalami perubahan yang substansial, begitu pula dengan dinamika persaingan," ujar Fika.
Jika dilihat dalam laporan keuangan emiten E-commerce ini pada kuartal III 2024 mengalami pembengkakan rugi bersih yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Bukalapak mencatat pendapatan Rp3,39 triliun hingga periode 30 September 2024 naik dari pendapatan Rp3,33 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian rugi usaha membengkak menjadi sebesar Rp1,32 triliun dari rugi usaha Rp1,29 triliun tahun sebelumnya. Rugi sebelum pajak turun menjadi Rp580,75 miliar dari rugi sebelum pajak Rp755,00 miliar.
Penurunan itu antara lain karena kenaikan pendapatan keuangan menjadi Rp783,77 miliar dari pendapatan keuangan Rp569,01 miliar tahun sebelumnya. Rugi periode berjalan turun menjadi Rp597,35 miliar dari rugi periode berjalan Rp776,22 miliar tahun sebelumnya.
Baca Juga: Trigana Air Tujuan Wamena Alami Insiden, Penumpang Buka Jendela Darurat karena Panik
Total liabilitas naik menjadi Rp848,36 miliar hingga periode 30 September 2024 dari total liabilitas Rp792,03 miliar hingga periode 31 Desember 2023. Total aset turun menjadi Rp25,65 triliun hingga periode 30 September 2024 dari total aset Rp26,12 triliun hingga periode 31 Desember 2023.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni