Suara.com - Sejumlah pejabat tinggi di PT Waskita Karya (Persero) Tbk tengah terjerat kasus dugaan korupsi dalam proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan. Kasus ini diperkirakan merugikan negara hingga Rp1,3 triliun.
Hal ini terjadi usai Tim Pidana Khusus Kejati Sumsel pada Senin (4/11/2024) melakukan pemeriksaan terhadap tiga pejabat Waskita Karya yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek pembangunan LRT Sumsel.
Ketiga tersangka tersebut adalah T, IJH, dan SAP, yang masing-masing menjabat sebagai Kepala Divisi II, Kepala Divisi Gedung II, dan Kepala Divisi Gedung III.
Kasus ini terkait dengan dugaan korupsi dalam pekerjaan pembangunan prasarana LRT Sumsel pada periode 2016 hingga 2020. Menurut Kasi Penkum Kejati Sumsel, Vanny Yulia Eka Sari, kasus ini diduga merugikan negara sebesar Rp 1,3 triliun.
Baca Juga: Prabowo Teken PP Penghapusan Piutang Macet UMKM Bidang Pertanian Hingga Perikanan
Kasus korupsi proyek LRT Sumsel semakin memperparah citra PT Waskita Karya. Pasalnya, perusahaan konstruksi pelat merah ini tengah berjuang memperbaiki kinerja keuangan karena tumpukan utang.
Menteri BUMN Erick Thohir sendiri mengakui bahwa Waskita Karya menjadi salah satu dari tujuh perusahaan plat merah yang sedang "sakit".
Erick menjelaskan bahwa kondisi "sakit" yang dialami oleh ketujuh BUMN tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari penurunan permintaan pasar, beban utang yang tinggi, hingga kesalahan dalam pengelolaan perusahaan.
"Ada 7 yang memang kita harus benar-benar kerja keras untuk beberapa tahun ke depan,” Erick dalam Rapat Kerja Komisi VI dengan menteri BUMN di Gedung DPR RI, Jakarta awal pekan ini.
Menurut Erick, Waskita Karya telah berhasil menandatangani restrukturisasi utang senilai Rp26 triliun dengan 21 kreditur. Erick menyebut pemerintah masih menunggu surat persetujuan dari Menteri PU untuk mengonsolidasikan tujuh perusahaan konstruksi BUMN menjadi tiga.
Baca Juga: Pengacara Tak Mau Gubernur Kalsel Paman Birin Disebut Menghilang: Menenangkan Diri!
"Sehingga kondisi perusahaan konstruksi BUMN dapat lebih sehat," kata Erick.
Berdasarkan laporan keuangan emiten bersandi WSKT hingga kuartal III 2024 tercatat kerugian perseroan mencapai Rp3 triliun. Tercatat tekor BUMN Karya ini naik menjadi 6 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp2,83 triliun. Dengan hasil itu, rugi per saham dasar bengkak menjadi Rp104,22 dari sebelumnya Rp98,39.
Kondisi ini disebabkan oleh pendapatan usaha yang melorot 13 persen menjadi Rp6,78 triliun dari edisi sama tahun lalu Rp7,81 triliun. Begitu juga dengan beban pokok pendapatan Rp5,75 triliun, mengalami pelorotan dari episode sama tahun lalu Rp7,04 triliun. Laba kotor terakumulasi Rp1,03 triliun, melonjak 33,76 persen dari sebelumnya Rp773,93 miliar.
Selain itu beban keuangan yang terus membesar menjadi momok utama bagi Waskita Karya. Meningkatnya beban bunga, beban lain-lain, dan bagian rugi bersih entitas asosiasi semakin membebani perusahaan.
Hal itu tercermin dari beban penjualan Rp114,01 miliar, bengkak dari Rp80,09 miliar. Beban umum dan administrasi Rp1,05 triliun, berkurang dari Rp1,21 triliun. Beban non contributing plant Rp100,83 miliar, bengkak dari Rp247,51 miliar. Beban pajak final Rp94,83 miliar, susut dari Rp132,94 miliar.
Pendapatan bunga Rp664,68 miliar, mengalami reduksi dari Rp757,76 miliar. Rugi selisih kurs Rp1,54 miliar, drop 128 persen dari untung Rp5,32 miliar. Beban lain-lain Rp137,15 miliar, anjlok dari pendapatan Rp510,91 miliar. Laba sebelum beban keuangan dan rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama Rp191,68 miliar, turun dari Rp367,86 miliar.
Beban keuangan Rp3,45 triliun, bertambah dari edisi sama tahun lalu Rp3,16 triliun. Bagian rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama Rp304,09 miliar, bengkak dari Rp226,79 miliar. Rugi sebelum pajak Rp3,57 triliun, naik dari Rp3,02 triliun. Beban pajak penghasilan Rp43,16 miliar, susut dari Rp206,2 miliar. Rugi periode berjalan Rp3,61 triliun, bengkak dari Rp3,23 triliun.
Selain itu, membengkaknya utang juga menjadi faktor yang memperparah kondisi keuangan perusahaan. Total liabilitas Waskita Karya terus meningkat, sementara aset justru menyusut. Kondisi ini mengindikasikan semakin lemahnya posisi keuangan perusahaan dan meningkatkan risiko gagal bayar.
Tercatat jumlah ekuitas Rp8,09 triliun, melorot dari akhir 2023 senilai Rp11,6 triliun. Defisit Rp16,70 triliun, bengkak dari akhir tahun lalu Rp13,71 triliun. Total liabilitas atau utang Rp80,58 triliun, susut dari akhir tahun sebelumnya Rp83,99 triliun, sementara jumlah aset menurun menjadi Rp88,67 triliun dari akhir tahun sebelumnya Rp95,59 triliun.