Suara.com - PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) mencatatkan laba bersih pada kuartal III tahun 2024 Rp558,14 miliar. Laba itu anjlok dibandingkan 55,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Seperti dilansir dari laporan keuangan, Kamis (31/10/2024), pada sembilan bulan tahun lalu, Maybank Indonesia justru berhasil mencetak laba bersih Rp1,2 triliun.
Penurunan laba bersih ini imbas dari beban bunga pendapatan yang tinggi. Hal ini tercermin dari Pendapatan Bunga Bersih (Net Interest Income/NII) turun sebesar 1,5 persen di kuartal III-2024 dan Margin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) ikut turun menjadi 4,5 persen.
Meski demikian, secara kuartalan laba sebelum pajak naik tipis 2,4 persen dari Rp548 miliar di kuartal II-2024 menjadi Rp562 miliar di kuartal III-2024.
Baca Juga: Adu Jawara Bank Himbara, Siapa Paling Cuan di Kurtal III 2024?
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, mengatakan bahwa Maybank Indonesia terus meningkatkan pencapaian bisnis dan profitabilitasnya, didukung pertumbuhan portofolio pembiayaan yang sehat di seluruh segmen, serta pendapatan non-bunga yang sejalan dengan rencana bisnis yang telah ditetapkan.
"Upaya kami untuk terus memperkuat portofolio pembiayaan khususnya pada segmen non-ritel komersial dan UKM yang merupakan expertise kami telah terus menyumbang pendapatan secara menyeluruh, termasuk kredit segmen Korporasi besar dalam negeri yang belum lama ini diperkenalkan ke pasar," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Sementara, Pendapatan fee-based relatif stabil sebesar Rp1,43 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun pendapatan fee-based pada kuartal III-2024 naik sebesar 35 persen dibandingkan kuartal II-2024 yang didukung pertumbuhan fee dari bisnis Premier Wealth, pembiayaan otomotif roda dua Anak Perusahaan dan pendapatan dari asset recovery.
Total kredit yang disalurkan naik 8,8% pada sembilan bulan pertama 2024 menjadi Rp122,37 triliun dari Rp112,42 triliun. Kredit non-ritel dan ritel unit bisnis Community Financial Services (CFS) tumbuh signifikan sebesar 11,3 persen menjadi Rp79,80 triliun dari Rp71,70 triliun.
Selaras dengan upaya untuk meningkatkan produktivitas Bank, kredit komersial CFS non-ritel yaitu, Business Banking, mencatat pertumbuhan yang sighifikan sebesar 26,2% diikuti dengan kredit segmen UKM (diklasifikasikan sebagai SME+) yang juga tumbuh 21,6 persen, dan kredit UKM Ritel (diklasifikasikan sebagai RSME) yang tumbuh 15,8 persen.
Baca Juga: Unilever Kantongi Laba Bersih Rp3 Triliun di Kuartal III 2024
Sementara, kredit CFS ritel juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 5 persen didukung oleh bisnis Kartu Kredit & KTA yang tumbuh 15,9 persen, dan kredit otomotif Anak Perusahaan yang tumbuh 4,3 persen di tengah penjualan otomotif roda empat ritel nasional yang turun 11,9 persen.
Pembiayaan KPR melanjutkan momentum pertumbuhannya sebesar 3,8 persen didukung langkah Pemerintah dengan memperpanjang insentif PPN bersubsidi sampai dengan akhir Desember 2024.
Pembiayaan korporasi Global Banking tumbuh 4,5 persen menjadi Rp42,57 triliun dari Rp40,72 triliun. Kredit segmen Large Local Corporate (LLC) tumbuh 25,5 persen selaras dengan strategi Bank pada segmen tersebut. Selain itu, kredit segmen Financial Institutions Group (FIG) juga meningkat sebesar 18,3 persen
Bank membukukan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp22,56 triliun, didukung pertumbuhan sebesar 44,1 persen untuk pembiayaan yang difokuskan pada pemanfaatan lahan secara berkelanjutan, dan pembiayaan sektor UKM yang tumbuh 1,4 pers Y-o-Y.
Pada September 2024, Bank menyalurkan pembiayaan untuk energi terbarukan dan transportasi ramah lingkungan sebesar Rp492 miliar. Total pembiayaan berkelanjutan menyumbang 20,6 persen terhadap total kredit yang disalurkan (Bank saja).
Simpanan nasabah naik 1,2 pesen menjadi Rp115,88 triliun dari Rp114,50 triliun. CASA tumbuh 8,8 persen sedangkan Deposito Berjangka turun 6,1 persen Y-o-Y dan terus menurun sebesar 2,7 persen pada triwulan III-2024 dibandingkan kuartal II-2024.
Adapun CASA yang dihimpun melalui M2U App & Web naik 35 persen sedangkan M2E tumbuh 3,3 persen. Rasio CASA meningkat menjadi 52,7 persen pada September 2024 dari 49,1 persen pada September 2023.
Biaya overhead pada sembilan bulan pertama 2024 tercatat sebesar Rp4,76 triliun, lebih tinggi sebesar 7,6 pers dibandingkan Rp4,42 triliun di periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong investasi berkelanjutan untuk meningkatkan kapabilitas Teknologi Informasi, serta pelaksanaan beberapa inisiatif kunci sejalan dengan strategi M25+ Maybank Group.
Pada September 2024, rasio NPL membaik dari 3,2 persen (gross) dan 2,1 persen (net) pada September 2023 menjadi 2,9 persen (gross) dan 1,7 persen (net) pada September 2024.
Saldo NPL turun 3,8 persen dan Loan at Risk (LAR) membaik menjadi 8,8 persen pada September 2024 dari 10,7 persen periode yang sama tahun lalu. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank saja berada pada level 89,5 persen dan Liquidity Coverage Ratio (LCR) Bank saja berada pada level sehat sebesar 181,3 persen. Posisi permodalan menguat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 24,8 persen dan Common Equity Tier 1 (CET 1) sebesar 23,6 persen pada akhir September 2024.
"Kami akan terus menjaga kualitas aset dan fundamental Bank untuk menghadapi peluang serta tantangan di masa depan, dan di saat yang sama, memperkuat solusi dan layanan Bank agar tetap relevan dengan kebutuhan nasabah sejalan dengan strategi M25+ Maybank Group," pungkas Steffano.