Suara.com - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan komitmen Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam mengendalikan inflasi serta menjaga stabilitas harga barang dan jasa. Ia menyatakan bahwa dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo menekankan pentingnya meningkatkan upaya pengendalian inflasi.
“Presiden Prabowo menyampaikan bahwa pengendalian inflasi dan harga barang serta jasa yang tidak memberatkan masyarakat sangatlah penting,” kata Tito di Jakarta, Senin (28/10/2024).
Selain itu, Presiden Prabowo juga menunjukkan perhatian besar dalam menangani masalah kemiskinan, mencakup bidang perumahan, pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta koperasi.
Dalam jangka menengah, fokus Presiden akan tertuju pada program swasembada pangan dan energi, sehingga ia mendorong pemerintah daerah untuk berkontribusi dalam kesuksesan program tersebut.
Baca Juga: Jabat Mendagri Lagi, Ini Target 100 Hari Tito Karnavian di Kabinet Merah Putih Prabowo
“Semuanya bukan hanya kepentingan pusat akan mendapat manfaat, tapi kepentingan rakyat. Dan itu akan membawa nama baik kepala daerah juga,” tambahnya, dikutip dari Antara.
Tito menambahkan bahwa Kemendagri telah mengadakan rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah sejak tahun 2022. Saat ini, angka inflasi sudah lebih terkendali.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 6 Oktober 2024, inflasi year on year (yoy) untuk September 2024 tercatat sebesar 1,84 persen. Tito menjelaskan bahwa angka ini masih berada dalam target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
“Target inflasi yang ditetapkan adalah 2,5 persen dengan toleransi +/- 1 persen. Artinya, inflasi paling rendah 1,5 persen dan paling tinggi 3,5 persen. Ini adalah strategi nasional kita,” jelas Tito.
Dia menambahkan bahwa penetapan target tersebut penting karena Indonesia adalah negara konsumen sekaligus produsen. Keseimbangan angka inflasi diperlukan untuk menjaga harga agar tidak membebani konsumen dan produsen. Jika inflasi terlalu tinggi, masyarakat yang kurang mampu akan merasakan dampak negatif. Sebaliknya, jika inflasi terlalu rendah, produsen akan kesulitan menutupi biaya operasional mereka.
Baca Juga: 4 Menteri Prabowo Jadi Bos Klub Liga Indonesia, Dua Diantaranya Pernah Juara
“Kita berhasil menurunkan angka inflasi dari 5,95 persen di September 2022 menjadi 1,84 persen sekarang,” tutupnya.