Terpuruk dan Terbentuk, 18 Tahun Usaha Dawet Nanik Terus Berinovasi dengan Dukungan BRI

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 28 Oktober 2024 | 14:03 WIB
Terpuruk dan Terbentuk, 18 Tahun Usaha Dawet Nanik Terus Berinovasi dengan Dukungan BRI
Nanik memamerkan es dawet ireng usahanya di kediamannya di Kalasan, Sleman [Suara.com/hadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Semanis apapun hidup di negeri orang, masih lebih bahagia jika berada di 'rumah'. 'Rumah' yang saya maksud itu, keluarga," ucap Nanik Suryani, mantan pekerja migran Indonesia yang akhirnya memutuskan untuk pulang setelah bertahun-tahun mencari rezeki di negeri jiran.

Gaji besar yang ia dapatkan di negeri jiran tidak mampu mengobati rasa rindunya kepada keluarga. Namun, ketika ia ingin kembali pulang, kebimbangan menyerang hatinya. Ia takut tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari jika ia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Sleman, DI Yogyakarta.

Tahun 2005, Nanik membulatkan tekadnya. Meski dilanda keraguan, ia percaya, Tuhan tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang berusaha semaksimal mungkin.

Doanya terjawab. Saat dalam perjalanan pulang menuju kampung halaman, ia dipertemukan dengan seorang warga Klaten yang memiliki usaha cendol.

Dari perkenalan inilah, Nanik kemudian memulai perjalanannya sebagai pengusaha cendol alami non-gluten.

Usaha Dihantam, Usaha Berkembang

Dengan modal ilmu yang didapat dari kawannya, Nanik kemudian mulai menjajakan dawet buatannya di pinggir jalan tidak jauh lokasi yang nantinya menjadi cikal bakal dari Rumah Sakit JIH (Jogja Internasional Hospital).

“Saya masih ingat betul, pertama kali jualan itu omzet saya 43 gelas dengan harga per gelasnya Rp1.000,” kenang Nanik saat diwawancarai Redaksi Suara.com di kediamannya di Selomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman akhir pekan lalu.

Nanik saat mengikuti salah satu event undangan [Ist]
Nanik saat mengikuti salah satu event undangan [Ist]

Usaha Nanik bukan berarti mulus terus tanpa tantangan. Belum sampai tiga bulan membuka usaha, Nanik terpaksa pindah lokasi karena terdampak penggusuran.

Baca Juga: Dorong Peningkatan Ekonomi Desa, SIG Bantu Pengembangan UMKM dan Infrastruktur Pertanian

Bukan hanya sekali, usahanya Es Dawet Ireng Wong Ndeso sudah belasan kali pindah lokasi karena berbagai alasan. "Seingat saya, sudah 12 kali pindah karena digusur. Belum termasuk pindah karena alasan lain, seperti kebanjiran saat hujan," terang Nanik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI