Suara.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, menyatakan bahwa Indonesia perlu memiliki produk unggulan yang kompetitif untuk dapat meraih manfaat ekonomi dari keanggotaan dalam blok BRICS.
"Selama Indonesia memiliki produk yang mampu bersaing, bergabung dengan BRICS akan memberikan keuntungan," ungkap Esther di Jakarta pada hari Jumat. Ia menambahkan, "Namun jika tidak, Indonesia hanya akan menjadi pasar."
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengungkapkan harapan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS saat menghadiri KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, pada Kamis (24/10/2024).
Ia menjelaskan bahwa prioritas BRICS sejalan dengan program pemerintah, termasuk ketahanan pangan dan energi, pengentasan kemiskinan, serta pengembangan sumber daya alam.
Baca Juga: Hajar Kepulauan Mariana Utara, Tren Positif Timnas Indonesia U-17 Berlanjut
"Keanggotaan Indonesia di BRICS merupakan manifestasi dari politik luar negeri yang bebas aktif. Ini bukan berarti kita berpihak pada satu kubu tertentu, melainkan berpartisipasi aktif dalam semua forum," kata Retno.
Ia juga menambahkan bahwa Indonesia melihat BRICS sebagai platform yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan negara-negara di kawasan selatan atau Global South.
BRICS adalah kelompok negara yang didirikan pada tahun 2006 dan saat ini terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab.