Indonesia Re Luncurkan iLearn, Dorong Transformasi Digital Industri Asuransi

Kamis, 24 Oktober 2024 | 09:50 WIB
Indonesia Re Luncurkan iLearn, Dorong Transformasi Digital Industri Asuransi
Dalam upaya mempercepat pertumbuhan industri asuransi nasional, Indonesia Re meluncurkan program inovatif bernama iLearn.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam upaya mempercepat pertumbuhan industri asuransi nasional, Indonesia Re meluncurkan program inovatif bernama iLearn. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor asuransi melalui pelatihan dan pengembangan yang terintegrasi.

Melalui iLearn, para pelaku industri asuransi diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi terbaru dan menerapkannya dalam bisnis mereka. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional, memperluas jangkauan layanan, dan pada akhirnya meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia.

Menurut Roadmap Perasuransian Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), selama lima tahun terakhir perusahaan reasuransi di Indonesia mencatat pertumbuhan aset yang signikan, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 12%. Pada akhir tahun 2022, total aset Industri Reasuransi di Indonesia mencapai Rp 34 triliun. Klaim yang menjadi liabilitas dari perusahaan-perusahaan reasuransi juga meningkat 9,6% per tahun pada periode yang sama, dengan nilai klaim mencapai Rp 53,94 triliun pada tahun 2022. Tren positif ini menunjukkan bahwa Industri Perasuransian memiliki potensi besar untuk terus memperkuat kapasitas reasuransi domestik.

Meskipun menunjukkan tren positif pada tingkat pertumbuhan premi, Industri Perasuransian masih menghadapi tantangan yang cukup berat dalam aspek penetrasi, inklusi, dan literasi. Tingkat penetrasi asuransi di Indonesia sempat tercatat mencapai 3.23% pada tahun 2020. Namun, angka ini kembali mengalami penurunan pada periode berikutnya, dan terakhir tingkat penetrasi asuransi di Indonesia tercatat berada di level 2.64% pada tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa sektor asuransi Indonesia masih menghadapi tantangan dalam memperluas cakupan premi terhadap PDB meskipun ada potensi pasar yang luas.

Tingkat inklusi asuransi, yang menggambarkan persentase masyarakat yang menggunakan produk asuransi, juga berada pada tingkat rendah. Pada 2022, hanya 16.63% masyarakat yang menggunakan produk asuransi, jauh di bawah target pemerintah dan angka inklusi sektor perbankan yang mencapai 74% atau lebih. Rendahnya inklusi ini disebabkan oleh kurangnya

pemahaman dan juga kendala kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi setelah beberapa kasus gagal bayar dan manajemen buruk di perusahaan asuransi tertentu.

Senada dengan tingkat penetrasi, tingkat literasi asuransi di Indonesia juga masih memerlukan upaya peningkatan yang serius. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK, indeks literasi asuransi pada 2022 tercatat sebesar 31.72%. Meskipun angka ini mengalami peningkatan dibandingkan survei sebelumnya, literasi asuransi masih lebih rendah dibandingkan dengan sektor perbankan yang berada di atas 49%.

Literasi yang rendah menandakan bahwa banyak masyarakat masih kurang memahami produk dan manfaat asuransi. Oleh karena itu, sejalan dengan komitmen perusahaan menjadi Center of Knowledge and Excellence, Indonesia Re ingin agar peningkatan kualitas industri asuransi tidak hanya dirasa dari aspek bisnis, tetapi juga dari aspek kapabilitas sumber daya manusia (SDM) yang menjadi penggerak dan modal utama dari Industri Perasuransian.

Melalui kegiatan yang bertajuk Launching iLearn Program – Indonesia Re Institute Learning dan Small Talk di Hotel DoubleTree, Jakarta pada 7 Oktober 2024, Benny Waworuntu selaku Direktur Utama Indonesia Re memaparkan jalan panjang upaya perusahaan dalam menghasilkan keputusan-keputusan perusahaan berbasis data dan informasi yang akuntabel.

Baca Juga: Jakarta International Coffee Conference Kembali Digelar, Pecinta Kopi Wajib Masuk!

“Bagaimana kita bisa menjadi katalisator, agar industri ini bisa dijalankan berdasarkan data dan riset. Kita bukan hanya reasuradur tetapi juga center of knowledge. Kita harus punya cara pandang yang sama dalam melihat risiko.” jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI