PR Berat Prabowo Gairahkan Dompet Kelas Menengah yang Kian Tipis

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:27 WIB
PR Berat Prabowo Gairahkan Dompet Kelas Menengah yang Kian Tipis
Ilustrasi Presiden Prabowo Subianto mengejar mimpi pertumbuhan ekonomi 8 persen. (Suara.com/Iqbal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah ketidakpastian ekonomi dan deflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, sebanyak 51% kelas menengah merasa tidak mengalami penurunan daya beli, sementara sebesar 49% merasa bahwa daya beli mereka menurun signifikan.

Kondisi ini menjadi tantangan dan PR besar bagi Presiden baru Prabowo Subianto.

Hal itu disampaikan oleh Yuswohady, Managing Partner Inventure dalam Press Conference Indonesia Industry Outlook 2025 dengan tema Indonesia Market Outlook 2025: Kelas Menengah Hancur, Masihkah Bisnis Mantul?

“Ada fakta penurunan daya beli kelas menengah, yakni sebesar 49%. Ini nyaris setengahnya. Tetapi, siapa saja mereka? Mereka adalah aspiring middle class,” kata Yuswohady secara virtual, Selasa (22/10/2024).

Baca Juga: Siapa Niek de Jong? Pemain Keturunan Punya Darah Sulut Sama dengan Prabowo Subianto

Lebih jauh, riset yang diselenggarakan oleh Inventure dengan melibatkan 450 total responden juga mengungkap lebih dalam tentang kelas menengah yang mengalami penurunan daya beli ini. Dari angka 49% tadi, ternyata terbagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok aspiring middle class dan middle class.

Sebanyak 67% responden dari kelompok aspiring middle class ini melaporkan bahwa daya
beli mereka menurun, sedangkan untuk middle class hanya 47%. Artinya, aspiring middle class (kelas menengah bawah) adalah kelompok yang paling rentan terhadap penurunan daya beli dibanding kelas middle class.

"Ini menunjukkan bahwa tekanan ekonomi saat ini lebih dirasakan oleh kelompok aspiring middle class dibandingkan dengan kelas middle class," katanya.

Mereka merasa, tiga faktor utama yang membuat daya beli mereka turun adalah kenaikan harga kebutuhan pokok (85%), mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan (52%), serta pendapatan yang stagnan (45%).

Baca Juga: Diultimatum Mahfud MD Gegara Salahgunakan Stempel Kementerian, Yandri Susanto Diadukan ke Prabowo: Pak Masak Begini?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI