Produk Tembakau Alternatif Lebih Aman untuk Gusi? Begini Penelitiannya

Senin, 21 Oktober 2024 | 17:33 WIB
Produk Tembakau Alternatif Lebih Aman untuk Gusi? Begini Penelitiannya
Vape atau rokok elektronik (elektrik). (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (FKG Unpad), Prof. Dr. Amaliya memaparkan hasil riset terkait penggunaan produk tembakau alternatif terhadap kesehatan gusi dan jaringan pendukung gigi.

Riset bertajuk Smile Study yang merupakan kolaborasi antara Unpad dengan The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) Universitas Catania, Italia menunjukkan fakta bahwa para perokok yang beralih ke produk tembakau alternatif, seperti vape, produk tembakau yang dipanaskan, serta kantong nikotin, mengalami peningkatan kualitas kesehatan gusi dan jaringan pendukung gigi.

"Produk tembakau alternatif seperti vape dan produk tembakau yang dipanaskan tetap mengalirkan nikotin dengan tidak melalui pembakaran atau combustion free nicotine delivery system. Tidak adanya hasil pembakaran seperti TAR dan zat-zat racun memungkinkan produk tersebut risikonya turun sekitar 90 persen," jelas Prof. Amaliya secara virtual dikutip Senin (21/10/2024).

Prof. Amaliya mengungkapkan fokus atau subjek penelitian Smile Study adalah perokok, pengguna produk tembakau alternatif yang beralih dari merokok, dan non-perokok dalam rentang usia 18-45 tahun. Riset tersebut diuji ke 15 peserta dalam sebuah eksperimen selama 18 bulan. Tujuannya untuk membandingkan efek yang ditimbulkan terhadap rongga mulut pada masing-masing kelompok eksperimen.

Baca Juga: Memahami Manfaat Herbal untuk Kesehatan Ginjal, Bagaimana Cara Kerjanya?

Adapun variabel pertama dalam riset ini dilihat dari kesehatan gusi. Sebab, gusi perokok cenderung berwarna hitam akibat penyempitan pembuluh darah. Kedua, akumulasi plak yang memperburuk kebersihan gigi. Plak adalah kumpulan bakteri yang menempel di permukaan gigi. Ketiga, kadar antioksidan. Lalu yang keempat penanda kerusakan tulang.

Prof. Amaliya menjelaskan orang yang merokok lebih rentan mengalami kerusakan tulang giginya. Variabel kelima adalah penanda peradangan secara sistemik yang juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung. “Yang terakhir dari pewarnaan gigi. Kelihatan kalau orang yang merokok itu giginya hitam-hitam atau kuning-kuning. Dengan berpindah itu, gigi menjadi lebih bersih,” ujarnya.

Lebih lanjut, Prof. Amaliya menjelaskan hasil riset menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif berhasil mengurangi risiko yang berkaitan dengan rokok. Pengguna produk tembakau alternatif yang beralih dari kebiasaannya, kadar penanda kerusakan tulang giginya menurun signifikan. Artinya, peradangan secara sistemik juga menurun.

"Pada pengguna vape, akumulasi plak di gigi pun menurun dibanding yang terus merokok. Giginya juga bersih, beda dengan orang merokok yang giginya hitam atau kuning. Selain itu, penanda penyakit jantung pada pengguna produk tembakau alternatif juga terlihat menurun sejak tiga bulan pertama eksperimen," tambahnya.

Antioksidan akan menurun bila tubuh terpapar radikal bebas. Prof. Amaliya menyebutkan, rokok itu radikal bebasnya tinggi sehingga antioksidan pada perokok akan turun. Sementara yang beralih ke produk tembakau alternatif, justru antioksidannya meningkat.

Baca Juga: Jabat Menkes Lagi, Budi Gunadi Kejar Target Tiga Program Titah Prabowo, Apa Saja?

Dengan hasil yang ditunjukkan dari riset Smile Study, Prof. Amaliya menyampaikan bahwa yang terbaik bagi perokok adalah berhenti merokok. “Namun, kita harus paham bahwa banyak perokok yang tidak bisa berhenti total. Sehingga, bisa diberikan opsi beralih dari kebiasaan merokok dengan produk tembakau alternatif," lanjutnya.

Ke depannya, Prof. Amaliya berharap pemerintah dan pemangku kebijakan mempertimbangkan hasil penelitian dari dalam negeri dalam penyusunan kebijakan, terutama terkait pemanfaatan produk tembakau alternatif untuk mengurangi risiko merokok. Selain untuk tujuan kesehatan masyarakat, hasil penelitian juga bisa digunakan buat merumuskan kebijakan yang berbasis fakta atau evidence-based policy.

"Produk tembakau alternatif tidak bisa disamakan dengan rokok, risikonya lebih rendah. Jadi, jangan diatur dalam satu keranjang bersama rokok karena risikonya sudah turun hampir 90%," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI