Bisa Hemat Devisa Negara, Ekonom Sebut Biomassa Jadi Bahan Bakar PLTU

Achmad Fauzi Suara.Com
Kamis, 17 Oktober 2024 | 12:39 WIB
Bisa Hemat Devisa Negara, Ekonom Sebut Biomassa Jadi Bahan Bakar PLTU
PLTU Suralaya Banten. (Suara.com/Yandi Sofyan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom dari Universitas Gadjah Mada Defiyan Cori menyoroti pentingnya pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar campuran di PLTU. Menurut dia, langkah itu tidak hanya mendukung transisi energi yang lebih bersih, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal.

"Co-firing yang merupakan proses mencampur biomassa dengan batu bara di pembangkit listrik berbahan bakar fosil itu dapat menciptakan lapangan kerja dan mendukung ekonomi lokal melalui pengolahan limbah pertanian, kehutanan, atau perkebunan," ujar Defiyan seperti dikutip, Kamis (17/10/2024).

Co-firing, jelas Defiyan, tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Bahan biomassa diolah dari limbah pertanian yang dijual oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

"Ketika masyarakat menyadari nilai ekonomis dari limbah yang mereka hasilkan, maka bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sekaligus berkontribusi pada pengurangan emisi karbon," imbuh dia.

Untuk itu, Defiyan merekomendasikan agar pemerintah memberikan dukungan berupa subsidi dan insentif, sehingga biomassa tetap kompetitif di pasar domestik. Pasalnya, pada 2022 saja, Indonesia telah mengekspor sekitar 500 ribu ton pelet kayu dan 4,5 juta ton cangkang sawit.

"Jika harga dalam negeri lebih menarik, bahan-bahan ini bisa dimanfaatkan untuk co-firing di dalam negeri," kata dia.

Defiyan menegaskan bahwa dengan dukungan yang tepat, co-firing tidak hanya bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Dengan demikian, pemerintah, khususnya Kementerian ESDM, perlu mengambil langkah proaktif untuk memperluas penerapan teknologi tersebut sebagai alternatif dari impor energi, yang selama ini telah menguras devisa negara.

Baca Juga: Komitmen Terhadap Transisi Energi, PLN Indonesia Power Borong Subroto Award 2024

"Hal itu bisa sebagai alternatif dari impor minyak dan BBM yang hingga pertengahan 2024 telah menguras devisa sebesar Rp126,4 triliun," beber dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI