Cerita Kakak Ipar Prabowo: BNI Mau Jadi Bank Sentral dan RI Langsung Punya Utang Sejak Merdeka

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 14:05 WIB
Cerita Kakak Ipar Prabowo: BNI Mau Jadi Bank Sentral dan RI Langsung Punya Utang Sejak Merdeka
Soedradjad Djiwandono (Dok Pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Profesor J. Soedradjad Djiwandono sekaligus kakak ipar Presiden Terpilih Prabowo Subianto bercerita tentang kisah menarik di balik pendirian Bank Negara Indonesia (BNI) 46.

Dalam sebuah pidato saat menerima Anugerah Wirakarya Adhitama FEB Universitas Indonesia (UI), Profesor Djiwandono mengukapkan pada awalnya BNI 46 digadang-gadang akan menjadi bank sentral Indonesia. Namun, alur sejarah membawa arah yang berbeda kala itu.

"Awalnya, BNI 46 dirancang untuk menjadi bank sentral Indonesia. Namun, kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag mengubah segalanya," kata Soedradjad dalam pidatonya, Sabtu (12/11/2024).

Dia menjelaskan bahwa setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada tahun 1949, pemerintah Indonesia menerima alih seluruh perusahaan milik Hindia Belanda, termasuk utang yang jumlahnya fantastis, yakni USD 10 miliar.

Baca Juga: Tak Hanya Cari Cuan, Perusahaan Tambang Punya Tanggung Jawab Sejahterahkan Masyarakat

"Dalam upaya mendapatkan pengakuan kedaulatan, Indonesia menerima semua aset dan utang perusahaan milik Hindia Belanda, termasuk De Javasche Bank yang kemudian menjadi Bank Indonesia," katanya.

Menurutnya kala itu bagi Indonesia yang baru merdeka, pengakuan kedaulatan jauh lebih berharga daripada beban utang yang begitu besar. Korban jiwa yang tak terhitung dalam perjuangan kemerdekaan membuat pemerintah Indonesia pada saat itu bersedia menerima segala konsekuensi, termasuk utang yang nilainya sangat besar.

"Jumlah utang tersebut tidak dipermasalahkan, diterima saja," katanya.

Kondisi ini membuat Indonesia memiliki suatu Bank Sentral, Bank Indonesia yang berasal dari de Java se Bank. Karena itu sejarah Bank Indonesia sebagai bank sentral baru mulai tahun 1950, dan bukan 1945. Sedangkan BNI 46 kemudian menjadi bank komersial, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan yang lain.

"Rencana awal untuk menjadikan BNI 46 sebagai bank sentral pun berubah. Bank Indonesia, yang berasal dari De Javasche Bank, kemudian resmi menjadi bank sentral Indonesia pada tahun 1950.

Baca Juga: Korupsi Timah Bikin Ekonomi Babel Merosot, Ribuan Orang di-PHK

Sementara itu, BNI 46 bersama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan bank-bank lainnya, menjalankan perannya sebagai bank komersial," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI