Deflasi Beruntun Buat Daya Beli Runtuh, Menko Airlangga Sebut Sebuah Kesuksesan

Senin, 07 Oktober 2024 | 13:13 WIB
Deflasi Beruntun Buat Daya Beli Runtuh, Menko Airlangga Sebut Sebuah Kesuksesan
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Dok: KPC-PEN)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Airlangga mengatakan peningkatan tersebut utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga kopi bubuk seiring meningkatnya harga kopi dunia dan biaya akademi atau perguruan tinggi karena masih berlangsungnya tahun ajaran baru.

Kenaikan inflasi inti juga sejalan dengan tren peningkatan belanja masyarakat sebagaimana laporan Perkembangan Belanja Masyarakat Terkini oleh Bank Mandiri pada September 2024.

“Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tetap memiliki daya beli yang kuat yang mendukung momentum pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Sementara itu, komponen harga diatur Pemerintah (administered prices/AP) mengalami deflasi sebesar 0,04 persen (mtm) atau inflasi sebesar 1,40 persen (yoy), terutama disumbang oleh penurunan harga komoditas bensin.

Pertamina telah menurunkan harga BBM nonsubsidi pada September 2024 dan masih berlangsung hingga Oktober 2024. Namun demikian, inflasi AP masih tertahan karena komoditas Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan angkutan udara.

Rating and Investment Information, Inc. (R&I) juga mengafirmasi peringkat Sovereign Credit Rating Indonesia pada level BBB+ dengan outlook positif.

“Hal ini menegaskan kepercayaan internasional terhadap prospek ekonomi Indonesia, yang diproyeksikan tumbuh pada kisaran 5,0-5,2 persen di tahun 2024. Sinergi antara Pemerintah dan Bank Indonesia telah berhasil menjaga stabilitas harga dan memberikan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelas Airlangga.

Selain itu, tantangan pelambatan perekonomian global juga memengaruhi aktivitas perekonomian domestik. Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia masih berada di level kontraksi sebesar 49,2 pada September 2024, namun telah meningkat dibandingkan Agustus 2024 yang sebesar 48,9.

Keberhasilan tersebut menempatkan Indonesia lebih baik dibandingkan beberapa negara ASEAN lain yang mengalami penurunan aktivitas manufaktur, seperti Malaysia (dari 49,7 ke 49,5) dan Thailand (dari 52,0 ke 50,4).

Baca Juga: Harga Kopi dan Biaya Pendidikan Naik, Ini Penyebabnya

Airlangga mengatakan pemerintah akan terus mengoptimalkan implementasi kebijakan peningkatan industri manufaktur seperti hilirisasi sumber daya alam (SDA), penggunaan produk dalam negeri, substitusi impor, termasuk pada peningkatan ekspor, kemudahan berusaha dan investasi, serta pengembangan SDM dan teknologi melalui program Making Indonesia 4.0.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI