Harga Kopi dan Biaya Pendidikan Naik, Ini Penyebabnya

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 07 Oktober 2024 | 13:09 WIB
Harga Kopi dan Biaya Pendidikan Naik, Ini Penyebabnya
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Kepresidenan, Jumat (5/4/2024). (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tetap memiliki daya beli yang kuat untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi,” ujarnya, seperti yang dikutip dari Antara.

Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices/AP) mengalami deflasi sebesar 0,04 persen (mtm) atau inflasi sebesar 1,40 persen (yoy), terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas bensin.

Pertamina telah menurunkan harga BBM nonsubsidi pada September 2024 dan penurunan ini masih berlangsung hingga Oktober 2024. Namun demikian, inflasi AP masih tertahan karena adanya pengaruh dari komoditas Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan angkutan udara.

Rating and Investment Information, Inc. (R&I) juga mengonfirmasi peringkat Sovereign Credit Rating Indonesia pada level BBB+ dengan outlook positif.

“Hal ini menunjukkan kepercayaan internasional terhadap prospek ekonomi Indonesia yang diproyeksikan tumbuh antara 5,0-5,2 persen di tahun 2024. Sinergi antara Pemerintah dan Bank Indonesia telah berhasil menjaga stabilitas harga serta memberikan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelas Airlangga.

Selain itu, tantangan pelambatan perekonomian global juga memengaruhi aktivitas ekonomi domestik. Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia masih berada dalam level kontraksi sebesar 49,2 pada September 2024, meskipun telah meningkat dibandingkan Agustus 2024 yang tercatat sebesar 48,9.

Keberhasilan tersebut menempatkan Indonesia dalam posisi lebih baik dibandingkan beberapa negara ASEAN lainnya yang mengalami penurunan aktivitas manufaktur seperti Malaysia (dari 49,7 menjadi 49,5) dan Thailand (dari 52,0 menjadi 50,4).

Airlangga menyatakan bahwa pemerintah akan terus mengoptimalkan implementasi kebijakan untuk meningkatkan industri manufaktur melalui hilirisasi sumber daya alam (SDA), penggunaan produk dalam negeri, substitusi impor termasuk peningkatan ekspor, kemudahan berusaha dan investasi serta pengembangan SDM dan teknologi melalui program Making Indonesia 4.0.

“Pemerintah akan terus memastikan pasokan pangan yang cukup, menjaga kestabilan harga, dan mendorong pemulihan sektor-sektor vital seperti industri manufaktur, konstruksi dan pertanian. Dengan berbagai upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Bank Indonesia diharapkan dapat mendukung stabilitas harga serta menjaga pertumbuhan ekonomi,” terangnya.

Baca Juga: RI Alami Deflasi 5 Kali Beruntun, Jokowi Bilang Begini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI