Suara.com - Harga Bitcoin (BTC) kembali menguatsetelah sebelumnya sempat turun di bawah angka $63.000. Coinglass dalam laporannya menyebut, ketika harga BTC berada di angka $63.300, penutupan harga bulanan Bitcoin pada bulan September menunjukkan kenaikan sebesar 7,3%, menjadikannya bulan kesembilan terbaik Bitcoin dalam setahun.
Sementara, saat ini, Selasa (1/10/2024) sore harga Bitcoin bertahan di angka US$63.931,40 atau sekitar Rp972 juta.
Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView memperlihatkan, meski gagal menembus angka $65.000 menjadi level support setelah mencapainya minggu sebelumnya, para investor tetap menjaga tren jangka menengah melalui penggunaan rata-rata pergerakan sederhana (SMA) 21 minggu.
Keith Alan, salah satu pendiri Material Indicators, menyoroti pentingnya mempertahankan garis tren ini untuk menghindari risiko pengujian ulang ke level terendah.
Baca Juga: Industri Kripto Indonesia Diharapkan Dapat Lebih Terbuka dan Transparan
Alan menyebutkan bahwa kehilangan MA 200-Hari bukanlah sinyal baik, namun mempertahankan MA 20-Minggu menunjukkan sinyal positif dalam jangka pendek. Kehilangan kedua level tersebut dapat mengindikasikan adanya kelemahan pada tren Bitcoin saat ini.
Sebagai informasi, Moving Average 200 hari atau MA 200 Day merupakan indikator teknikal yang digunakan untuk menganalisa dan mengidentifikasi tren jangka panjang.
Di sisi lain, trader Daan Crypto Trades mencatat adanya perubahan dalam likuiditas buku pesanan yang menunjukkan level support di kisaran $62.700 dan resistance di $67.000. Saat ini, Bitcoin tengah menguji Rata-rata Pergerakan Harian 200 setelah berhasil menembusnya sebelumnya, dan menurut Daan, level ini bisa menjadi indikator momentum dan kekuatan jangka menengah atau tinggi bagi Bitcoin.
Pada kerangka waktu yang lebih pendek, Roman, seorang pedagang lain, optimis terhadap kelanjutan tren kenaikan Bitcoin. Ia menyoroti adanya divergensi bullish yang terbentuk antara harga dan indikator Indeks Kekuatan Relatif (RSI) pada grafik H4. Kondisi ini sering menjadi tanda akan adanya pergerakan harga Bitcoin yang lebih kuat ke arah kenaikan.
Beberapa investor juga telah mengambil pendekatan untuk "membeli saat harga turun" sebagai strategi jangka pendek, terutama saat harga Bitcoin sempat berada di atas $65.000. Scott Melker, seorang analis dan pembawa acara podcast kripto yang dikenal sebagai “The Wolf of All Streets,” menyebut bahwa Bitcoin telah resmi mencapai titik tertinggi dengan ditutup di atas $65.000. Dia menyarankan untuk memanfaatkan penurunan harga sebagai kesempatan membeli, terutama karena altcoin juga sedang menguji ulang level resistance breakout mereka sebagai support baru.
Baca Juga: Biaya Trading Aset Kripto di Pluang 0 Persen, Ini Tujuannya
Sementara itu, analis dan pengusaha kripto Michaël van de Poppe memiliki pandangan optimis terhadap tren Bitcoin ke depannya. Dia mengantisipasi potensi tren naik baru, dengan area harga $60.500 hingga $61.300 menjadi level yang menarik untuk diuji sebelum akhirnya Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa (ATH) yang baru.
Secara keseluruhan, kondisi pasar Bitcoin saat ini menunjukkan tanda-tanda penguatan, meski investor tetap perlu memperhatikan level support dan resistance yang ada untuk mengantisipasi pergerakan harga di masa mendatang.
Desclaimer: Redaksi Suara.com hanya menyampaikan informasi terkini dari kabar ekonomi dan bisnis, termasuk kanal kripto. Kami tidak menyarankan Anda melakukan pembelian apapun. Keputusan dan risiko sepenuhnya di tangan Anda.