Smelter Freeport di Gresik Dukungan Kuat untuk Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 24 September 2024 | 08:32 WIB
Smelter Freeport di Gresik Dukungan Kuat untuk Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia
Tony Wenas [Kadin Indonesia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menyatakan bahwa pembangunan smelter PTFI di Gresik, Jawa Timur, merupakan langkah penting untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.

"Ini adalah bagian dari program hilirisasi yang dicanangkan oleh Pak Presiden Joko Widodo, dan juga untuk mensuplai kebutuhan akan tembaga, terutama untuk ekosistem electric vehicle dan juga untuk kebutuhan transisi energi," kata Tony dilansir dari Antara, Selasa (24/9/2024).

Tony menambahkan bahwa pembangunan smelter ini merupakan komitmen perusahaan berdasarkan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang diterbitkan pada 2018 untuk mendirikan satu smelter lagi di Indonesia.

"Smelter pertama sudah kami bangun di daerah Gresik juga, PT Smelting. Ini smelter kedua, yang merupakan smelter single line yang terbesar di dunia dan ini bisa kami selesaikan tepat pada waktunya berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan juga dukungan dari seluruh pemangku kepentingan," jelasnya.

Baca Juga: Erick Thohir Tegaskan Komitmen Hilirisasi: Smelter Freeport Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Ia juga mengapresiasi dukungan dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk Bupati Gresik dan Gubernur Jawa Timur, serta Kementerian Investasi, BUMN, dan ESDM.

Dari smelter di Gresik dan PT Smelting, Tony menyatakan bahwa produksi katoda tembaga dapat memenuhi kebutuhan energi terbarukan.

"Dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Pak Bupati (Gresik) dan Gubernur Jawa Timur selalu sangat mendukung kami menyelesaikan proyek ini, dari Kementerian Investasi pun juga, Kementerian BUMN, dan juga Kementerian ESDM," lanjut Tony.

Suplai konsentrat tembaga untuk smelter di Gresik dikirim langsung dari Papua, yang merupakan lokasi tambang bawah tanah terbesar di dunia. 

"Kalau untuk PLTS itu sekitar 200 gigawatt, kalau untuk PLT Bayu itu bisa untuk 600 gigawatt, kalau untuk PLT hydro atau air itu sekitar 800 gigawatt, setiap tahunnya," ungkap Tony.

Baca Juga: Presiden Jokowi Yakin Smelter Freeport di Gresik Bakal Tambah Pendapatan Negara Rp 80 Triliun

Dia juga mengungkapkan bahwa smelter di Gresik akan mempekerjakan sekitar 2.000 orang, terdiri dari 1.200 karyawan kontraktor dan 800 karyawan tetap PTFI.

"Dari tanah Papua, tambang kami yang terbesar di dunia, tambang bawah tanah terbesar di dunia, disuplai lah konsentrat tembaga untuk dimurnikan di Gresik sini," ujar Tony.

Selama masa konstruksi, proyek ini telah melibatkan sekitar 40.000 tenaga kerja. Tony mengingat kembali bahwa Presiden Jokowi melakukan pemancangan tiang pertama proyek ini pada Oktober 2021, dan proyek tersebut dijadwalkan selesai pada Juni 2024.

"Dan selama masa konstruksi itu telah mempekerjakan tenaga konstruksi yang kumulatif jumlahnya mencapai 40.000 tenaga kerja dan proyek ini saya masih ingat Pak Presiden melakukan pemancangan tiang pertama di lokasi ini pada bulan Oktober tahun 2021. Jadi, tiga tahun kurang empat bulan kita bisa menyelesaikan proyek ini karena sebenarnya proyek ini sudah selesai di akhir bulan Juni (2024)," pungkas Tony.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI