Suara.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI memang masih mencatatkan laba bersih pada Semester I-2024. Tercatat, pada paruh pertama 2024, emiten bersandi saham BBNI ini raih laba bersih sebesar Rp 10,69 triliun atau naik tipis 3,8 persen dibandingkan periode yanga sama tahun.
Naik tipisnya persentase laba bersih imbas dari pendapatan bunga bersih yang berlanjut terus menurun sejak tahun 2023.
Seperti dilansir dari laporan keuangan BNI, Jumat (20/9/2024), pendapatan bunga bersih BBNI turun 7,4 persen menjadi Rp 19,07 triliun di semester I 2024.
Penurunan ini seiring dengan kenaikan beban bunga 41,5 persen sebesar Rp 13,1 triliun.
Baca Juga: OJK Umumkan 8 Emiten Bangkrut, Tak Wajib Laporkan Kondisi Keuangan
Imbasnya, margin bunga bersih juga ikut tergerus dari 4,58 persen pada Juni 2023 ke level 4,02 persen di Juni 2024.
Susutnya pendapatan bunga bersih ini sebelumnya terjadi di Kuartal I-2024. Pada periode itu, pendapatan bunga bersih anjlok 9,8 persen menjadi Rp 9,39 triliun.
Merosotnya pendapatan bunga bersih itu juga didorong dari beban bunga yang membengkak 47,5 persen menjadi Rp 6,48 triliun.
Alhasil, Margin bunga bersih BBNI ikut menyusut dari 4,68 persen pada Maret 2023 ke level 4,01 persen pada Maret 2024. Kondisi ini juga membuat laba bersih di Kuartal I-2024 hanya naik tipis 2,02 persen senilai Rp 5,32 triliun.
Jika ditarik ke belakang, pendapatan bunga bersih ini telah jatuh pada tahun 2023. Di mana sepenjangan tahun kemarin, Bank pelat merah itu meraih pendapatan bunga bersih senilai Rp 41,27 triliun atau terkoreksi 0,1 persen secara tahunan.
Baca Juga: Laba Bersih TOBA Melesat 128,8% di Semester 1 2024, Capai 40,5 Juta Dollar AS
Bahkan, pendapatan bunga bersih ini merosot lebih dalam pada Kuartal IV-2023 sebesar 3,8 persen menjadi Rp 10,14 triliun.
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyebut, kenaikan tren kenaikan suku bunga acuan yang membuat biaya bunga alami peningkatan.
"Namun di tengah kondisi tersebut, CoF dapat dijaga di kisaran 2,2%, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3%," ujar Novita dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.