Suku Bunga The Fed Berpotensi Turun, Inflasi AS Cetak Rekor Terendah Sejak 2021

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 18 September 2024 | 12:40 WIB
Suku Bunga The Fed Berpotensi Turun, Inflasi AS Cetak Rekor Terendah Sejak 2021
Dokumentasi petugas menata tumpukan uang dolar AS di Pusat Uang Tunai Bank. [ANTARA FOTO]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom Teuku Riefky menyatakan bahwa perlambatan inflasi di Amerika Serikat (AS) saat ini membuka peluang bagi bank sentral AS, The Fed, untuk mulai menurunkan suku bunga acuannya pada pekan ini.

"Data inflasi terbaru AS memberikan peluang bagi The Fed untuk secara bertahap memangkas suku bunga acuan mulai minggu ini," ujar ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) itu di Jakarta, Rabu (18/9/2024).

Saat ini, suku bunga acuan The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) berada di kisaran 5,25-5,50 persen. Para pelaku pasar tengah menantikan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada September 2024 yang akan diumumkan malam ini, terutama untuk mengetahui arah kebijakan suku bunga AS selanjutnya.

Riefky menjelaskan bahwa inflasi di AS pada Agustus mengalami penurunan signifikan, dari 2,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Juli 2024 menjadi 2,5 persen yoy, lebih rendah dari prediksi para ekonom yang dihimpun Reuters sebesar 2,6 persen yoy.

Baca Juga: Aktivis Turki-Amerika Aysenur Ezgi Eygi Meninggal Ditembak Militer Israel, Ini Yang Dilakukan PBB

Penurunan inflasi ini mencapai titik terendah dalam tiga tahun terakhir, didorong oleh tren disinflasi yang konsisten selama lima bulan berturut-turut.

Penurunan tekanan harga terutama disebabkan oleh turunnya harga bensin dan beberapa barang kebutuhan rumah tangga utama. Namun, inflasi inti AS tetap stabil di level 3,2 persen yoy dari Juli hingga Agustus, disebabkan oleh kenaikan harga tiket pesawat, asuransi mobil, serta biaya sewa dan perumahan lainnya.

Kenaikan biaya perumahan dan beberapa layanan menunjukkan adanya kekakuan harga atau *price stickiness* di sejumlah sektor, yang menjadi alasan bagi The Fed untuk tidak segera melakukan pelonggaran moneter yang agresif.

Selain itu, perkembangan di pasar tenaga kerja AS juga mendukung kemungkinan penurunan suku bunga. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,2 persen pada Agustus 2024, dibandingkan 4,3 persen di bulan sebelumnya, dengan peningkatan jumlah lapangan kerja dari 89.000 pada Juli menjadi 142.000 pada Agustus 2024.

Meskipun angka lapangan kerja meningkat, Riefky menambahkan bahwa pertumbuhan ini masih di bawah ekspektasi, menunjukkan adanya perlambatan di pasar tenaga kerja. Hal ini memberi dorongan tambahan bagi The Fed untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuannya.

Baca Juga: Amerika Serikat Beri Peringatan Keras Untuk Israel

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI