Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan hasil dari digitalisasi di berbagai bidang. Bahkan, dia mengklaim bahwa digitalisasi ini bisa menghemat uang negara.
Salah satunya, digitalisasi pengadaan barang lewat e-katalog yang diklaim Luhut bisa menghemat ratusan triliun uang negara.
Hal ini juga yang membuat ucapannya soal operasi tangkap tangan (OTT) KPK itu kampungan terbukti
"Digitalisasi ini orang marah sama saya waktu bilang OTT (Operasi Tangkap Tangan KPK) kampungan. Karena dengan digital, kita bangun ekosistem, orang nggak bisa curi. Kenapa, semua dengan mesin, orang deal dengan mesin," ujar Luhut di ICE BSD, Tangerang, Selasa (17/9/2024).
Baca Juga: Sosialisasi Mulai Jalan, Luhut Harap Pembatasan BBM Subsidi Berlaku Oktober
Menurut dia, banyak orang heboh dengan OTT KPK yang nilai korupsinya hanya Rp 50-100 juta. Padahal, bilang Luhut, digitalisasi justru bisa lebih besar nilai penghematannya.
"Sekarang Anda tidak tahu selama setahun terakhir ini berapa ratus triliun yang dihemat oleh KPK. Coba dihitung berapa ratus triliun. Satu komputer, pembelian laptop, pembelian item bisa hemat 40 persen dari berapa triliun," tutur dia.
Diketahui, Luhut Binsar Pandjaitan beberapa kali menyebut bahwa KPK tidak perlu banyak melakukan OTT. Dia mengingatkan lembaga antirasuah untuk tidak bangga jika melakukan OTT secara masif.
Sebab, Luhut menilai OTT bukan indikator baik atau tidaknya ekonomi nasional. Dia menyebut jika ada OTT, bukan berarti ekonomi Indonesia sedang tidak baik.
"Jadi kita juga saya teman-teman di KPK jangan bangga kalau ada OTT itu berarti ekonomi kita gak bagus. Kalau orang belanja ke mesin, maka makin kecil peluang melakukan hengki pengki," kata Luhut.
Baca Juga: Luhut: Prabowo Lanjutkan IKN, Gedung DPR dan MPR Siap Digarap
Terbaru, Luhut kembali menyatakan sikap tidak setuju terhadap OTT yang dilakukan KPK. Sebab, dia menilai ada metode lain yang dapat mencegah terjadinya praktik korupsi seperti penerapan digitalisasi dengan Sistem Informasi Mineral dan Batu (Simbara).
"Dulu saya dibully, dibilang kenapa Pak Luhut enggak setuju OTT? Ya enggak setujulah. Kalau bisa tanpa OTT, kenapa bisa OTT? Kan kampungan itu, nyadap-nyadap telepon, tahu-tahu nyadap dia lagi bicara sama istrinya, 'Wah enak tadi malam Mam', katanya. Kan repot," ucap Luhut.